Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SUARA deru mesin gergaji terdengar meraung-raung dari dalam rerimbunan hutan jati di Dusun Beji Wetan, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Tiga lelaki tengah sibuk memotong-motong kayu jati menjadi kecil-kecil. "Iya, baru saja menebang pohon jati," kata Walijan, 41, sambil beristirahat dari aktivitasnya. Rencananya pohon jati yang sudah berusia 10 tahun itu akan dipakai untuk membuat kandang ternak.
Walijan kemudian menceritakan di kampungnya sudah lama banyak ditumbuhi pohon jati dan mahoni. Di pekarangannya yang tidak terlalu luas sekitar 150 meter persegi ditumbuhi enam pohon jati. Menurutnya pohon jati di pekarangan rumahnya tumbuh dengan liar. Ia pun tidak pernah mematok umur berapa pohon tersebut siap ditebang. Bila pohon jati mulai tumbuh besar, dan kebetulan ia membutuhkan kayu untuk membangun rumah, ditebanglah pohon itu.
Apa yang dilakukan Walijan juga dilakukan mayoritas petani hutan rakyat di Pajangan. Sekretaris Unit Manajemen Hutan Rakyat Wono Lestari, Kecamatan Pajangan, Zuchri Saren Satrio menyebut perilaku Walijan sebagai perilaku tebang butuh. "Walau kayu sudah waktunya dipanen, mereka tidak akan menebangnya kalau belum membutuhkan. Demikian sebaliknya, ketika mereka sudah membutuhkan uang, mereka akan menebang kayu walau belum masa panen," ujar Zachri.
Perilaku tersebut disebabkan sebagian besar petani hutan belum mengerti manajemen tata usaha kayu. Mereka belum mengetahui pengelolaan pohon terkait dengan waktu menebang dan menanam hutan agar tetap berkelanjutan dan menguntungkan baik secara ekonomi maupun lingkungan. "Mereka menanam jati untuk haji, pensiun, atau investasi," jelasnya.
Namun, belakangan ini para petani memilih menanam sengon karena cepat dipanen. Alasannya dari segi harga, kayu sengon lebih menguntungkan. Misalnya untuk kayu jati A3 Rp4,5 juta per meter kubik, sedangkan untuk sengon Rp1,5 juta per meter kubik. Harga kayu keluaran hutan rakyat Wono Lestari lebih mahal karena sudah besertifikat. Selisihnya Rp200 ribu jika dibandingkan dengan kayu tidak besertifikat.
Untuk mengantisipasi kebiasaan tebang butuh, pihaknya mengalokasikan uang sebesar Rp8 juta untuk simpan pinjam. Anggota kelompok tani bisa meminjam uang tersebut untuk kebutuhan agar mereka tidak menebang pohon sebelum waktunya. Selain lewat simpan pinjam, ada strategi lain yang perlu dilakukan agar para petani hutan rakyat tidak menebang pohon terlalu dini. Misalnya dengan menanami ubi-ubian dan empon-empon di antara tegakan-tegakan kayu. Dengan cara itu, para petani hutan rakyat dapat memperoleh keuntungan yang lebih cepat, atau tidak perlu menunggu lima tahun untuk memanen pohon sengon atau di atas 25 tahun untuk memanen pohon jati. (AT/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved