Korban Banjir Minta Perhatian Pemerintah

BUDI MULIA
16/11/2016 04:30
Korban Banjir Minta Perhatian Pemerintah
(ANTARA FOTO/Novrian Arbi)

TIGA pekan dalam peng­ungsian, para korban banjir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengeluhkan kekurangan bantuan makanan dan obatan obatan. Korban juga kesulitan mendapatkan keperluan mandi-cuci-kakus (MCK). “Kami mengungsi sejak Rabu (26/10). Bantuan hanya dua kali, nasi bungkus. Habis itu enggak ada lagi,” kata Nova Novita, warga RW 14 Kampung Leuwi Bandung, Desa Citeu­reup, Kecamatan Dayeuh Kolot, di Kantor PLN Unit Pemeliharaan dan Ketenagalistrikan, salah satu lokasi pengungsian yang berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi banjir.

Nova mengaku harus me­ngeluarkan kocek sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain untuk membeli makan, alat kebutuhan mandi pun diperoleh dengan cara membeli sendiri. “Air minum juga kurang karena harus beli,” kata dia. Di lokasi pengungsian itu, hanya terdapat satu toilet yang bisa digunakan. “Sama petugas di sini suka dilarang karena penampungannya sudah penuh, belum disedot lagi,” kata dia. Akibat buruknya kondisi pengungsian, tak sedikit korban banjir yang memilih bertahan di rumah masing-masing meski air masih menggenang setinggi 160 cm dan berpotensi terserang penyakit.

Ridwan, warga RT 2 RW 14 Kelurahan Andir, Kecamatan Dayeuh Kolot, merupakan salah satu warga yang memilih bertahan di rumah karena memiliki anak bayi. “Di pengungsian penuh dan berisik.” Juru bicara SAR Bandung, Joshua Banjarnahor, mengatakan Kecamatan Bale Endah, Dayeuh Kolot, dan Bojongsoang menjadi lokasi terparah banjir. “Total ada 619 KK yang mengungsi,” jelasnya. Pascameluapnya Sungai Ci­tarum, 21 kepala keluarga atau sekitar 83 jiwa warga Kampung Bantarcaringin, Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Cianjur, Jabar, sudah diungsikan ke tenda-tenda pengungsian darurat berjarak sekitar 1 km dari permukiman.

Di Indramayu, Jabar, banjir pasang air laut (rob) masih menggenangi rumah warga hingga hari kedua. Aktivitas warga terganggu karena mobil pengangkut ikan dari tempat pelelangan ikan (TPI) sulit masuk. “Belum ada bantuan dari pemerintah daerah setempat,” aku Kepala Desa Eretan Wetan, Edi Suhaedi. Dari Sumsel dilaporkan, banjir setinggi 4 meter, Senin (15/11) lalu, di Kecamatan Tanjung Agung dan Kecamat­an Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, telah surut.

Wilalung siaga 3
Bendungan pengendali banjir Wilalung di Desa Kalirejo, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Jateng, berstatus siaga 3 karena debit air yang digelontorkan dari Sungai Klambu, Purwodadi, Grobogan, telah mencapai 780 meter kubik per detik. Warga Kudus dan Demak pun diminta waspada. Kepala Desa Ambit, Kecamat­an Waled, Noerwandi mendesak BBWS Cimanuk Cisanggarung segera menormali­sasi aliran Sungai Ciberes dan Bendungan Surakatiga. Desakan sama diutarakan Juhandi, 36, warga Dusun Kampung Mujiah, Telukjambe Barat, Karawang, kepada BBWS Citarum. Ia mengaku sudah tiga kali memindahkan rumahnya demi menghindari longsor yang tergerus arus Sungai Cibeet. (AS/UL/BB/BK/DW/AD/YK/TS/CS/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya