Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
GEROMBOLAN entukan berkecipak saat perahu yang dikemudikan Agus menyusuri Danau Empangau. Gerakan mereka menciptakan riak di permukaan air yang berarus tenang. Agus mematikan mesin perahu tempelnya untuk menikmati atraksi entukan yang berlompatan hingga ke tengah danau.
Akrobat entukan menjadi pemandangan khas di Danau Empangau. Mereka muncul bergerombol saban menjelang senja di perairan yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, tersebut. Agus bilang ikan sejenis bandeng air tawar tersebut hendak pergi tidur. "Karena sudah hampir malam, mereka berebutan pulang ke sarang (lubuk) untuk tidur," kata nelayan tersebut saat menemani Media Indonesia ke Danau Empangau, beberapa waktu lalu.
Penjelasan polos itu sontak disanggah nelayan lain yang juga ikut bersama kami. Mereka pun berargumentasi berdasarkan pengalaman masing-masing. Ada yang menyebut kawanan entukan tersebut sedang bermain. Ada pula yang mengatakan itulah cara entukan menghindari predator. "Karena ada ikan besar di dekat mereka," ujar Ismail. Entukan yang dikenal dengan nama ilmiah Thynnichthys thynnoides itu hanya satu di antara beragam jenis ikan penghuni Danau Empangau. Balai Riset Perikanan Perairan Umum Kementerian Kelautan dan Perikanan mendata ada sekitar 65 jenis ikan dari 19 familia yang hidup dan berkembang biak di danau itu.
Jenis ikan selain entukan tersebut, di antaranya ringo, tengadak, ulanguli, gurami, belidak, tapah, dan buntal. Danau Empangau juga menjadi habitat alam bagi siluk atau arwana superred (Sclerophagus formosus), ikan endemis Kalimantan. Kawasan berhutan itu ditumbuhi beragam jenis pohon lokal mengelilingi danau seluas 124 hektare. Pepohonan tidak saja membuat danau menjadi rimbun dan sejuk, tapi juga berfungsi sebagai peresap dan pengatur sirkulasi air. Hamparan pohon pun menjadi sumber pakan dan tempat ikan memijah.
Sumber penghidupan
Danau Empangau menjadi sumber penghidupan bagi warga Desa Nanga Empangau dan Empangau Hilir di Kecamatan Bunut Hilir. Pelbagai jenis ikan dari waduk alami itu berkembang biak dan menyebar hingga ke sungai besar ataupun kecil. Ikan bermigrasi ke sungai mengikuti arus sewaktu air pasang atau di saat musim penghujan. Mereka akan kembali ke danau setelah memasuki musim kemarau untuk bertahan hidup sekaligus bereproduksi. Kondisi air tenang sewaktu kemarau memungkinkan ikan memijah dengan baik.
"Sungai dan danau lain banyak yang kering saat kemarau panjang, tapi Danau Empangau tidak," ujar Agus, yang juga Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Danau Lindung Empangau. Warga sangat menjaga keberadaan danau kebanggaan mereka, apalagi setelah kawasan itu ditetapkan menjadi danau lindung. Sejumlah aturan ketat diberlakukan agar kondisinya tetap lestari. Warga atau siapa pun tidak boleh sembarangan menangkapi ikan, terlebih di zona inti seluas 30 hektare.
Panen ikan di zona inti hanya boleh dilakukan pokmaswas setelah mendapat persetujuan dari warga. Itu pun harus dengan alasan kuat dan bisa dipertanggungjawabkan. Pemanenan biasa disepakati karena pertimbangan kondisi keuangan pokmaswas. Sebanyak 80% tangkapan kemudian dijual untuk mengisi kas pokmaswas dan selebihnya dibagi rata ke warga. Setiap keluarga mendapat jatah sekitar 3 kilogram ikan. Panen raya itu diyakini tidak bakal mengancam populasi ikan di zona inti lantaran jarang dilakukan. Pemanenan pun secukupnya sesuai dengan defisit keuangan kelompok. "Setahun belum tentu sekali karena hanya dilakukan saat kas sedang krisis. Jadi dalam kondisi darurat saja," ujar Agus.
Aturan ketat juga diberlakukan di luar zona inti. Alat tangkap yang diperbolehkan hanya berupa pukat dengan lebar maksimal 6 meter dengan kerapatan mata jaring minimal 1,5 inci. Pukat dipasang minimal sejauh 2 meter dari bibir danau di sebelah barat dan 25 meter di sebelah timur. "Di kanan (timur) banyak siluk. Jadi, pukat harus dipasang jauh ke tengah biar tak mengganggu," jelas Agus.
Membangun sekolah
Hanya sebagian kecil dana yang dikelola pokmaswas digunakan untuk kebutuhan internal. Sebagian besar dana dimanfaatkan untuk santunan sosial. Ada uang duka sebesar Rp400 ribu untuk warga saat anggota keluarganya ada yang meninggal. Ada juga dana yang disisihkan untuk selamatan warga yang berhaji dan kegiatan sosial serta keagamaan lainnya. Pokmaswas Danau Lindung Empangau bahkan mampu menyubsidi dana pendidikan. Mereka mendirikan taman kanak-kanak dan SMA sekaligus menggaji para guru, serta menanggung biaya operasional sekolah. Tidak kurang dari Rp40 juta subsidi yang mereka gelontorkan setiap tahun.
Keberadaan SMA satu-satunya di Empangau itu berdampak besar terhadap tingkat pendidikan warga. Sebelumnya, banyak warga putus sekolah lantaran terbelit biaya. Mereka harus merogoh Rp80 ribu setiap hari untuk transportasi ke sekolah di Kecamatan Jongkong. Ada pula yang menumpang tinggal kepada sanak saudara di kecamatan tetangga tersebut.
SMA yang dibangun pokmaswas masih menumpang di Gedung SMP Negeri 2 Bunut Hilir di Empangau Hilir. Pendirian SMP itu juga mereka rintis hingga akhirnya menjadi sekolah negeri. Warga berharap pemerintah juga menegerikan SMA tersebut sehingga subsidi dari pokmaswas bisa dialihkan untuk kebutuhan penting lainnya.
"Lahan untuk pembangunan (gedung) SMA sudah disiapkan warga di dekat SD. Luasnya sekitar 2 hektare," kata Ketua Badan Perwakilan Desa Nanga Empangau, Syahbudin. Kas Pokmaswas Danau Lindung Empangau juga disokong sumbangan para nelayan saat panen arwana. Besarannya ialah Rp250 ribu untuk setiap arwana yang dipanen dari habitat alam. Sejumlah fasilitas umum dan infrastruktur di kedua desa pun dibangun dari dana yang dikelola pokmaswas. (N-3) [email protected]
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved