Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

4 Tahun, Polisi ini Mengajar tanpa Dibayar

03/11/2016 05:00
4 Tahun, Polisi ini Mengajar tanpa Dibayar
(MI/JOHN LEWAR)

BRIGADIR Dewa Arif, anggota Polsek Macang Pacar, sudah terbiasa memasuki SDN Bungku di Desa Bungku, Kecamatan Macang Pacar, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Dewa Arif pergi ke sekolah itu sebagai relawan mengajar untuk beberapa mata pelajaran.

Ia rela setelah bertugas di Polsek Macang Pacar menuju sekolah yang jaraknya 40 km dari kecamatan.

Dewa tampaknya betah mengajari anak-anak di sekolah yuang kondisinya memprihatinkan itu.

"Sudah empat tahun saya mengajar di sini," kata Dewa, anggota Bhabin Kamtibmas Polsek Macang Pacar saat ditemui Media Indonesia, Selasa (25/10).

Untuk menuju Desa Bungku, jalan-jalan yang menghubungkan cukup memprihatinkan dan rusak.

Desa tersebut cukup terisolasi. Bahkan saat Dewa datang ke SDN Bungku, kondisi gedung sekolah sangat memprihatinkan.

Menurutnya, bila ada angin kencang, gedung sekolah bisa langsung roboh.

Semua atap berlubang dan lantainya masih tanah. Jika hujan turun, aktivitas belajar mengajar lumpuh total.

"Sekolah itu hanya menunggu titipan kado angin untuk rata dengan tanah. Semua fasilitas sekolah tidak ada, baik buku maupun meja belajar. Sangat memprihatinkan dan butuh uluran tangan," ungkapnya.

Namun, kondisi itu tidak menyurutkan Dewa untuk menemui para murid di situ.

Di sekolah tersebut hanya ada satu orang PNS sebagai kepala sekolah, yakni Melkyades Sukarni dan empat orang guru sukarela.

Tenaga pengajar ini digaji dengan uang dari komite Rp150 ribu per bulan.

Mereka mengajar 80 murid di desa tersebut.

"Guru di sini hanya dibayar Rp150 ribu per bulan, sementara biaya transportasi ditanggung sendiri. Sangat kasihan," ujar Dewa yang mengajar matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan IPS.

Terkadang Dewa menggantikan posisi Melkyades sebagai kepala sekolah.

Semua guru berjalan kaki dari tempat tinggal menuju sekolah.

Lokasi sekolah berada di perbatasan dua kabupaten, yakni Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat.

"Jika saya dapat jadwal mengajar harus bermalam selama lima hari karena perjalanan yang ditempuh 40 km," kata Dewa.

Kepala SDN Bungku, Melkyades Kurnia, membenarkan bahwa kondisi sekolah yang dipimpinnya itu sangat memprihatinkan.

"Manggarai Barat itu terkenal di dunia karena ada daerah wisata unik Pulau Komodo. Namun, sejatinya kami ini termiskin," kritik Melkyades.

Ia pun sudah tiga tahun lalu mengusulkan kepada Pemkab Manggarai Barat agar sekolah di Desa Bungku diperbaiki dan guru-gurunya ditambah.

"Namun, sampai sekarang belum direspons." (John Lewar/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya