Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Kereta Api LNG lebih Irit dan Ramah Lingkungan

Ardi Teristi Hardi
26/10/2016 18:46
Kereta Api LNG lebih Irit dan Ramah Lingkungan
(MI/Ardi)

DERU mesin kereta pembangkit terdengar di area Balai Yasa Yogyakarta. Sebuah Kereta E0 6704 milik Dipo Induk Bandung Tengah yang sedang diuji coba pun hilir mudik di atas jalur sepanjang 800 meter.

Uji coba yang dilakukan pada 11 Oktober 2016 itu bukan uji coba kereta api diesel biasanya. Namun, mereka menguji coba kereta api berbahan bakar Liquid Natural Gas (LNG) dengan load bank.

Uji coba tersebut juga disaksikan, antara lain oleh Vice President LNG Pertamina Persero Didik Sasongko, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sutijastoto, dan Kepala Balai Yasa Yogyakarta Eko Purwanto.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang kereta api berbahan bakar LNG tersebut, Media Indonesia kembali mendatangi Balai Yasa Yogyakarta, pada Senin (24/10).

Di tengah kesibukannya, Entang Sutrisna, Manajer Quality Control Balai Yasa Yogyakarta, menyempatkan diri menjelaskan keunggulan kereta api berbahan bakar LNG, hasil kolaborasi antara PT Pertamina dan PT Kereta Api Indonesia.

Entang menyampaikan, pada dasarnya kereta api LNG tersebut tidak 100% menggunakan bahan bakar LNG, tetapi kombinasi antara LNG dan biosolar. Secara prinsip, kerja pembakaran tidak ada yang berubah. Hanya saja, kereta pembangkit ini menggunakan dua bahan bakar, yaitu LNG dan biosolar.

Pemicu untuk menghidupkan mesin kereta tetap menggunakan biosolar. Setelah itu, baru kombinasi antara LNG dan biosolar yang menjadi penggerak kereta pembangkit.

"Cara kerjanya, LNG yang ada dipanaskan sehingga berubah menjadi gas. Setelah itu, gas kemudian akan masuk lewat intake manifold. Kolaborasi pembakaran DF Diesel dual fuel yang membuat mesin bekerja," kata dia.

Untuk keamanan, lanjut dia, tabung dilengkapi katup otomatis. Fungsi katup tersebut adalah melepaskan gas keluar secara otomatis begitu tekanan melebihi 17 bar.

Pria berusia 54 tahun ini menambahkan, bahan bakar LNG dan biosolar menyuplai energi untuk menggerakkan mesin dengan persentase yang berbeda-beda. Semakin tinggi beban kerja mesin, semakin besar persentase LNG yang digunakan.

Pada beban sekitar 100 kilowatt, persentase pemakaiannya biosolar 30%, sedangkan LNG 70%. Saat bebannya semakin tinggi, yaitu pada 200 kilowatt, penggunaan LNG semakin besar, yaitu sebanyak 80%, sedangkan biosolar hanya 20%.

Langkah uji coba kereta api LNG yang dilakukan PT Pertamina dan PT KAI akan menjadi babak baru dalam teknologi perkeretaapian, terutama dalam penggunaan bahan bakar LNG. Bahan bakar LNG-biosolar dinilai jauh lebih menguntungkan daripada menggunakan biosolar murni.

"Proses pengujian ini panjang. Sejak pertengahan 2015, kami sudah melakukan uji statis dengan menggunakan bahan bakar CNG (compressed natural gas)," kata dia.

Setelah itu, pada 11 Oktober kemarin, uji dinamis dilakukan dengan menggunakan bahan bakar LNG. Uji dinamis ini untuk melihat reaksi tabung ketika mengalami getaran di dalam kereta api.

Hasil dari uji dinamis, tabung LNG sangat aman saat kereta berjalan karena dilindungi rangka pengaman. Dari presentasi Pertamina sebelumnya, terang Entang, tabung yang disediakan Pertamina tersebut sangat kuat. Bahkan, dalam simulasi, tabung gas LNG bervolume 500 liter tetap aman walau telah dijatuhkan dalam ketinggian sekitar 100 meter.

Keamanan kereta api ini tidak hanya pada tabungnya, tetapi juga bahan bakar LNG-nya. Sifat LNG tidak mudah terbakar membuatnya lebih aman. LNG baru terbakar jika pemicu api terkena gas LNG di atas 5% volume.

Selain aman, dari uji coba dinamis yang dilakukan, penggunaan bahan bakar LNG pada kereta api lebih lebih ramah lingkungan, irit penggunaan, dan hemat.

"Ini sangat ramah lingkungan. Jika dibandingkan dengan biosolar murni, gas bekasnya lebih bersih dan tidak kentara, sekitar 70-80% lebih bersih (dari biosolar)," kata dia.

Dari segi pemakaian bahan bakar juga lebih irit daripada biosolar, yaitu 1:2. Harga LNG yang hanya di kisaran Rp3.000-an per liter juga lebih murah ketimbag biosolar.

Setelah uji coba, kereta pembangkit dibawa kembali ke Bandung. Tahap selanjutnya kereta pembangkit tersebut akan coba dioperasikan berjalan dari Bandung dengan membawa rangkaian kereta.

Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro juga menyatakan, kerja sama Pertamina dengan KAI sebagai langkah terobosan. Dengan bahan bakar LNG, kereta api diharapkan dapat menjadi moda transportasi publik dan angkutan barang yang lebih efisien.

Uji coba penggunaan LNG sebagai bahan bakar kereta api yang dikembangan Pertamina dan KAI merupakan yang pertama kali di Asia. Kerja sama ini sebagai bagian dari upaya dukungan kedua BUMN dalam mendorong pemanfaatan LNG untuk transportasi.

Sinergi ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan kedua perusahaan yang dilaksanakan pada 28 Agustus 2015 lalu, yang mana kerja sama tersebut meliputi berbagai bidang salah satunya program konversi penggunaan high speed diesel (HSD) menjadi liquid natural gas (LNG).

"Kami telah melakukan studi dan riset bersama baik dari Pertamina dan KAI melalui uji statis dan dinamis Kereta Pembangkit di Balai Yasa Yogyakarta pada tahun ini, dan untuk dukungan LNG kami kirim dari Bontang ke Pulau Jawa, dengan isotank melalui perjalanan laut dan darat," jelas Wianda.

Dia menambahkan program konversi penggunaan BBM ke LNG untuk transportasi ini telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi yang mengamanatkan perlunya diversifikasi untuk pengurangan penggunaan minyak bumi. Dengan penggunaan LNG, Wianda memproyeksikan konversi ini akan memberikan penghematan belanja BBM sebesar Rp84,5 miliar per tahun, serta lebih ramah lingkungan.

"Jika pilot project ini sukses maka perseroan akan menjual LNG untuk kereta api secara komersial pada April 2018," pungkas dia.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM Kementerian ESDM Sutijastoto juga menambahkan, upaya konversi bahan bakar minyak ke gas terus dilakukan untuk berbagai moda transportasi, termasuk kereta api. Targetnya pada 2025 dapat menurunkan penggunaan BBM hingga 20%, yang saat ini masih 83%. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik