Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Membangun Bersama Alam Mampu Atasi Abrasi

(Bow/S-25)
20/10/2016 01:55
Membangun Bersama Alam Mampu Atasi Abrasi
(DOK KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN)

ABRASI pantai melanda wilayah pesisir Kabupaten Demak, Jawa Tengah, dalam dua dekade belakangan. Pengikisan sangat terlihat di wilayah pantai di Kecamatan Sayung hingga Wedung. Terbatasnya sistem pelindung pantai dan konversi lahan yang terjadi di Demak dan Kota Semarang, ikut menyebabkan penggerusan pantai. Akibatnya, sebagian besar wilayah pesisir hilang karena tergerus air laut.

Kerusakan paling parah oleh abrasi tersebut terjadi di Desa Sriwulan, Bedono, dan Timbulsloko. Luasan pantai yang mengalami kerusakan 1.174 hektare. Langkah penyelamatan pun dilakukan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP), pemerintah daerah, dan sejumlah pihak yang memiliki kepedulian penyelamatan lingkungan pesisir. Upaya penyelamatan pun dilakukan. Bukan hanya untuk mengurangi dampak lebih parah, melainkan juga untuk mengembalikan ratusan hektare daratan pantai yang telah hilang.

Upaya tersebut, antara lain penanaman mangrove yang telah dilakukan KKP dan sejumlah pemangku kepentingan seperti Organization for Industrial and Cultural Advancement (OISCA) dan sejumlah pemangku kepentingan di Desa Bedono, Sayung. Terbaru ialah langkah kemitraan bersama sejumlah lembaga, KKP, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Pemprov Jateng, Pemkab Demak, dan Lsm Belanda yang tergabung dalam konsorsium Ecoshape.

Mereka melakukan langkah restorasi pesisir pantai utara Demak melalui program Membangun Bersama Alam (Building
with Nature). Salah satu langkah maju yang telah dilakukan ialah dengan membuat system hybrid engineering. Bangunan hybrid engineering memiliki struktur yang terbuat dari kayu dan ranting-ranting yang didesain khusus untuk menangkap sedimen dengan meniru pola perakaran mangrove.

Wakil Bupati Demak Joko Susanto kepada Media Indonesia di ruangan kerjanya mengutarakan melalui sistem tersebut, hybrid engineering mampu mengurangi kecepatan gelombang air sekaligus menangkap sedimen. Konstruksi dari tumpukan kayu dan ranting memungkinkan dilalui oleh air dan lumpur, sehingga sedimen dapat terperangkap di dalamnya. Karena itu, pemerintah daerah berencana membangun infrastruktur di wilayah tersebut.

“Kembangkan jalan ini agar masyarakat memiliki akses,” ujar Joko. Hybrid engineering merupakan program revitalisasi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Selain membangun bangunan pelindung pantai (sabuk pantai), tanam mangrove, mitigasi bencana erosi pantai berlumpur sistem hybrid engineering (HE), upaya penyelamatan wilayah pantai juga melalui penguatan kelembagaan masyarakat dan pengampanyean Gerakan Nasional Cinta Laut yang gencar.

Data KKP menyebutkan, daerah pesisir pantai yang mengalami abrasi paling parah terjadi di Jawa Tengah (5.518,91 km), Jawa Timur (3.710,50 km), dan Jawa Barat di posisi ketiga dengan luas 2.953,17 km.

Diganjar penghargaan
Program Membangun bersama Alam (Building with Nature), menerima penghargaan Dutch Engineering Award untuk kategori karya rekayasa inovatif dari Persatuan Insinyur Belanda. Pihak Kedutaan Besar Kerajaan Belanda menyerahkan penghargaan tersebut kepada KKP dan Kementerian PUPR dan Pemkab Demak atas nama Indonesia. Penghargaan tersebut telah diserahkan The Netherlands Association of Consulting Engineers di Belanda pada 16 Maret 2016, yang dihadiri Ratu Beatrix, Ratu Mabel, serta para praktisi di dunia rekayasa (engineering).

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) KKP, Brahmantia Satyamurti Poerwadi mengungkapkan bahwa Indonesia telah menunjukkan komitmen untuk mengatasi permasalahan kerusakan lingkungan dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki alam sendiri. “Konsep Building with Nature telah mendorong ketangguhan bagi masyarakat di wilayah pesisir untuk menghadapi berbagai ancaman seperti banjir dan erosi. Solusi yang dilakukan yaitu melalui kegiatan di wilayah pesisir Demak, Jawa Tengah, menggunakan teknologi sederhana, namun inovatif,” ungkap Brahmantya.

Ia mengharapkan pendekatan tersebut bisa membuat erosi pesisir pantai dapat berkurang dan pertumbuhan alami mangrove dapat terpacu di lokasi sedimen. “Dalam jangka panjang, ekosistem mangrove yang terbentuk dapat menggantikan peran peredam gelombang dan memerangkap sedimen lebih lanjut. Solusi ini dapat mengembalikan fungsi ekologis mangrove dalam melindungi kawasan pesisir,” tambahnya . (Bow/S-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya