Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
PEMERINTAH menugasi Perum Bulog untuk menyerap cabai guna mengantisipasi tingginya disparitas harga. Penurunan suplai cabai juga diantisipasi dengan membuat lumbung cabai di beberapa kabupaten, salah satunya di Malang, Jawa Timur. Demikian salah satu butir kesepakatan rapat koordinasi ketersediaan pangan di Kantor Kemenko Perekonomian di Jakarta, Selasa (18/10). “Kami sepakat menugasi BUMN untuk menyerap (pasokan cabai) sehingga rantai pasoknya bisa lebih pendek karena harganya naik di atas 100%. Disparitasnya pun 100% lebih,” kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Meskipun harga cabai naik, Amran menyatakan, produksinya masih aman karena harga di tingkat petani berkisar Rp14 ribu hingga Rp15 ribu. Namun, menurut Sugito, Kepala Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jawa Tengah, harga cabai di tingkat petani justru telah naik hingga Rp40 ribu per kg karena menurunnya hasil panen akibat serangan hama. Satu pohon cabai yang biasanya mampu menghasilkan 1 kg saat ini maksimal hanya menghasilkan 4 ons. Ada penurunan produksi hingga 60%. “Sehingga meski saat ini harga di tingkat petani naik menjadi Rp40 ribu per kg, kerugian tetap dialami petani,” katanya.
Petani lainnya, Suyitno, 45, merugi hingga puluhan juta karena tidak dapat mamenen secara keseluruhan. Karena itu, tak mengherankan jika banyak petani cabai beralih menanam sayur jenis lainnya seperti wortel dan seledri. Mahalnya harga cabai juga terjadi di Medan, Sidoarjo, Palangkaraya, Tasikmalaya, Bandung Barat, Bengkulu, Sukabumi, dan Padang. Harga cabai merah besar di Palangkaraya, Kalteng, bahkan telah melonjak hingga Rp88 ribu per kg.
Kenaikan harga cabai merah menjadi faktor penyumbang inflasi tertinggi mencapai 1,1% di Sibolga dan 1,65% di Kota Medan pada September 2016. Karena itulah, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut, Bank Indonesia, dan Bulog meluncurkan operasi pasar sejumlah bahan pokok seperti beras, gula, cabai merah, dan bawang merah, Selasa (18/10). “Cabai merah dijual seharga Rp50 ribu dan bawang merah Rp23 ribu per kg. Operasi pasar dilakukan selama dua bulan,” ucap Kepala Biro Perekonomian Provinsi Sumut, Elidawati.
Pemkab Karawang berinisiatif akan menggelar operasi pasar secara mandiri dan tidak bergantung 100% kepada Bulog dengan anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp400 juta. Namun, itu baru akan diwacanakan dulu ke DPRD.Selain OP, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Karawang Hanafi mengimbau masyarakat untuk menanam kebutuhan pangan di rumah masing-masing. “Kebiasaan menanam di halaman rumah mesti kembali dibiasakan,” terang dia.
Pupuk menghilang
Sementara itu, petani sayuran di Lembang, Bandung Barat, Jabar, mengaku kesulitan mendapat pupuk bersubsidi ZA dan triple super phosphate (TSP).
“Di lapangan, pupuk bersubdisi bisa dikatakan hampir tidak ada. Kalaupun ada, kadang-kadang adanya cuma sebelah,” ucap petani sayuran di Kampung Cikareumbi, Desa Cikidang Lembang, Koswara. Ia pun terpaksa membeli pupuk impor yang harganya lebih mahal dua kali lipat daripada pupuk bersubsidi. “Kita berharap pemerintah mengerti. Kalau begini terus, harga sayuran bisa lebih mahal lagi,” sahutnya. (CS/HS/SS/PS/AD/MY/RF/BB/DG/YH/Ant/N-4
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved