Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Harga Cabai tidak Terkontrol

Tosiani
18/10/2016 04:40
Harga Cabai tidak Terkontrol
(ANTARA FOTO/Aguk Sudarmojo)

PENGARUH cuaca memicu ketidakstabilan harga komoditas cabai di sejumlah daerah. Seperti di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, pemicu tingginya harga cabai karena turunnya produksi. "Saat ini cabai merah mengalami penurunan produksi sekitar 20% dari estimasi semula. Penyebabnya curah hujan dan kelembapan udara tinggi sehingga memunculkan banyak penyakit. Kondisi ini menjadi pemicu kenaikan harga cabai di wilayah itu," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, Harnani Imtikhandari, Senin (17/10).

Harnani menyebutkan areal tanam cabai besar di Kabupaten Temanggung hingga Oktober ini mencapai 250 hektare (ha) dengan luasan panen 69 ha.
Estimasi produksi cabai besar dari luasan panen itu mencapai 4.830 kuintal (kw), atau produktivitasnya sebanyak 7 ton per hektare. "Namun, curah hujan dan kelembapan tinggi, banyak penyakit menyerang cabai seperti patek dan virus kuning, sehingga produksi turun sekitar 20%. Kalau normal, panen cabai bisa 12-15 kali petik. Tapi sekarang hanya 8-10 kali petik," papar Harnani.

Kenaikan harga cabai juga terjadi di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Kota Padang, Sumatra Barat, dan Lampung. Di Kabupaten Lamongan, rata-rata penaikan harga cabai antara Rp6.000-Rp10.000 per kg. Saat ini harga cabai di wilayah itu Rp44 ribu per kg. "Banyak tanaman cabai puso terendam banjir," kata Munawaroh, pedagang cabai di Pasar Paciran, Lamongan. Sama halnya di Kota Padang, harga cabai masih bertahan di kisaran Rp58 ribu hingga Rp60 ribu per kg. Padahal, sepekan lalu harga cabai masih Rp28 ribu per kg.

Pasokan cabai dari Jawa dan daerah lainnya di Sumatra yang terus menurun, menjadi pemicu tingginya harga komoditas tersebut. Di Lampung, meski harga cabai merah sudah menembus Rp52 ribu per kg, Bulog setempat belum melakukan operasi pasar. "Sebenarnya kami tidak mengelola komoditas cabai, tapi kalau ada permintaan dan mendesak untuk operasi pasar akan kami lakukan," kata Dindin Syamsudin, Kepala Divre Bulog Lampung.

Cepat membusuk
Tingginya harga cabai, selain cuaca juga cepat membusuk. Para pedagang pun tidak ingin merugi. Sejumlah pedagang cabai di sejumlah pasar di Karawang, Jawa Barat, mengakui akibat sering hujan, cabai yang baru saja dipanen cepat membusuk. "Para petani rugi kalau jual murah. Apalagi, banyak cabai yang cepat membusuk karena kehujanan," ujar Rizki, pedagang Pasar Baru Karawang. Saat ini harga cabai di Karawang berkisar Rp52 ribu hingga Rp58 ribu per kg.

"Stoknya juga sedikit. Biasanya saya dipasok petani cabai antara 4 kuintal sampai 5 kuintal. Tapi, sekarang hanya cukup 2 kuintal," ujarnya.
Di tengah naiknya harga cabai, justru di Bengkulu terjadi sebaliknya. Harga cabai di daerah itu turun dari Rp70 ribu per kg menjadi Rp65 ribu per kg sejak dua hari terakhir. Udin, pedagang cabai dipasar Panorama, Kota Bengkulu, di Bengkulu, mengatakan harga komoditi cabai hingga saat ini belum stabil dan membi-ngungkan pembeli. "Harga cabai naik turun menyebabkan sepi pembeli," keluh Udin. Pasokan cabai berasal dari dua kabupaten, yakni Kepahiang, Rejang Lebong, Bengkulu, dan Lampung belum stabil sehingga memicu lonjakan harga. (YK/YH/CS/EP/MY/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya