Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SETELAH kematian dua pengikut padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, yaitu Abdul Ghani dan Ismail Wahyudi, muncul korban meninggal lainnya bernama Waris, warga Kalimantan Barat. Waris ialah pengikut Taat Pribadi yang meninggal di padepokan tersebut di Probolinggo, Jawa Timur. Waris sudah dimakamkan di Brebes, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
“Waris dikabarkan meninggal dunia karena sakit asma dan diabetes,” kata Kepala Bidang Humas Polda Kalimantan Barat Kombes Suhadi SW, kemarin.
Kabar kematian Waris diperoleh Polda Kalimantan Barat dari Hartono, tetangga Waris yang kini masih bertahan di padepokan.
Meski demikian, Polda Kalimantan Barat telah berkoordinasi dengan Polda Jawa Timur untuk mengusut kematian warga Kecamatan Sungaipinyuh, Kabupaten Mempawah, itu. “Kapan dan penyebab pasti kematiannya masih didalami (ditelusuri). Apa benar karena sakit atau ada penyebab lain,” ujar Suhadi.
Di Probolinggo, seorang korban meninggal akibat serangan jantung setelah mendengar Taat ditangkap polisi. Saodah, 43, warga Dusun Pasar, Desa/Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, meninggal dunia sehari setelah Taat Pribadi ditangkap polisi.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa Nguling, Mulyono, mengatakan Saodah meninggal saat mendengar Taat Pribadi ditangkap. “Dia meninggal karena kaget saat mendengar Taat ditangkap polisi. Saodah ini termasuk pengikut di padepokan Dimas Kanjeng,” ujar Mulyono.
Total uang yang sudah diserahkan Saodah mencapai Rp900 juta. Uang tersebut, selain uang sendiri, juga titipan dari tetangga dan kenalannya.
Sementara itu, pascarekonstruksi, dari 70 tenda besar yang biasa menjadi tempat tinggal para pengikut Taat Pribadi, kini sebagian mulai kosong. Dari sekitar 2.000 pengikut Taat, kini hanya sekitar 80 orang yang bertahan di padepokan.
Kiriman 9 peti
Dari Makassar, Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Anton Charliyan mengunjungi salah satu korban penipuan Taat Pribadi, kemarin. “Ibu Najemiah ini menyetor dana sebanyak Rp202 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp9 miliar disetor dengan cara ditransfer, dan sisanya dibayarkan tunai dengan dibawa langsung ke Probolinggo,” ujar Anton.
Najemiah menyetor uang ke Taat Pribadi selama dua tahun, mulai 2013 hingga 2015. Uang tersebut diganti Taat Pribadi dengan sembilan peti berisi uang dan benda pusaka dari Probolinggo. Keluarga Najemiah meragukan keasliannya. Mereka mengembalikan lima peti ke Probolinggo. Sisanya empat peti berisi uang masih disimpan.
Dari Bali, padepokan Dimas Kanjeng di Tabanan tampak sepi. Kapolres Tabanan AKB Marsdianto mengatakan sempat ada 14 orang di padepokan itu sepekan lalu.
Di Kalimantan Selatan, jajaran Polres Tanah Bumbu menangkap dua perempuan yang berkedok bisa menggandakan uang. (LN/AR/OL/DY/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved