Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Peta Digital Selesaikan Persoalan Desa

Akhmad Safuan
05/10/2016 00:45
Peta Digital Selesaikan Persoalan Desa
(MI/Akhmad Safuan)

DENGAN jalan penuh kelokan, akhirnya saya tiba di Desa Jambu, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (27/9). Desa Jambu berada di pegunungan dengan kondisi cuaca lembap dan curah hujan cukup besar. Mayoritas warga bekerja sebagai petani perkebunan, beternak, dan budi daya ikan air tawar. Keberadaan Desa Jambu, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, ini juga telah diperhitungkan sebagai jalur utama menuju perkebunan besar yang
mampu menunjang perekonomian pemerintah Belanda masa itu. Selain jalan utama Semarang-Yogyakarta yang berkelok-kelok, tidak jauh dari desa itu juga terdapat jalur rel kereta api dari Stasiun Ambarawa menuju Stasiun Bedono. Di masa lalu, jalur tersebut dilalui kereta barang yang membawa hasil perkebunan seperti kakao, cengkeh, kopi, lada, karet, dan hasil pertanian lainnya. Desa Jambu berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Secara fisik, desa tersebut merupakan daerah lereng dan curam. Desa Jambu berbatasan dengan desa lain, yakni sebelah utara Kelurahan Gondoriyo, selatan Desa Brongkol, barat Desa Kuwaesan, dan timur Desa Ngerapah. Desa tersebut sangat subur dan menjadi tempat pertanian karena kecukupan air. Desa Jambu sudah cukup tua karena sudah ada sejak Pemerintahan Kerajaan Demak. Dalam perkembangannya terjadi banyak perubahan di Desa Jambu. Luas wilayah terus berkurang. Ada dusun yang tadinya di bawah Desa Jambu, kini menjadi desa berdiri sendiri. Desa sebelahnya yang sebelumnya di bawah Desa Jambu. Namun, jumlah penduduk terus bertambah termasuk para pendatang. Lokasi desa yang cukup strategis menyebabkan Desa Jambu menjadi tujuan pendatang. Pergeseran peta wilayah pun berubah drastis. Apalagi, Desa Jambu yang kini menjadi kecamatan mengalami banyak perubahan. Namun, peta asli Desa Jambu masih tersimpan rapi di rumah Plt Kepala Urusan Bidang Pemerintahan, Himawan. "Saya masih menyimpan peta asli Desa Jambu yang mungkin dibuat sejak zaman Belanda. Peta ini tidak boleh hilang atau rusak karena sebagai pedoman dasar peta wilayah yang telah disahkan oleh pemerintah," kata Himawan. Dalam peta tersebut, Desa Jambu terbagi dalam 27 RT dan 5 RW, yaitu RW Jambu Lor, Jambu Kidul, Jambu Kulon, Dedor Ngisrep, dan Klepon Poncol. Meski sudah ada pembagian wilayah, tidak menutup kemungkinan terjadi sengketa batas wilayah desa. Untuk mengantisipasinya, tim Badan Informasi Geospasial (BIG) membantu membuat pemetaan wilayah desa dengan sistem digital DOI Desa Jambu tersebut. Tim dari BIG ini datang dengan membawa peralatan teknologi pemetaan digital melalui foto satelit. Pemetaan yang dilakukan 13 ahli dari BIG bekerja sama dengan perguruan tinggi ini memiliki banyak tantangan. Mereka harus memadukan gambar-gambar yang diperoleh dari hasil pemotretan menggunakan citra satelit dan menyesuaikan data di lapangan. "Cukup rumit karena penampakan dalam hasil pemetaan satelit ini harus diteliti secara fisik di lapangan. Kami mengawal hingga diperoleh kebenaran data. Peta desa ini juga telah disahkan oleh desa-desa yang bersebelahan, termasuk kecamatan dan pemerintah daerah, sebagai bentuk kepastian hukum," ujar Himawan. Setelah melakukan pemetaan selama 15 hari, hasil yang didapat lebih memberikan kepastian. Awalnya, pemetaan cukup sulit karena banyak gambar yang terekam, tetapi belum memberikan batas wilayah yang jelas. Seperti gambar putih yang terlihat di dalam foto satelit, setelah diperjelas ternyata atap asbes pabrik minuman kemasan dan lantai penjemuran di penggilingan padi. Ada juga kawasan batas wilayah berwarna hijau karena di wilayah itu dipenuhi pepohonan.

Tepat sasaran
Di tingkat pemerintahan, dengan adanya foto satelit semakin memperjelas batas wilayah desa. Peta tersebut digunakan untuk melengkapi data pengajuan dana desa. Menariknya, dana desa yang dikucurkan untuk pembangunan desa pun sesuai dengan kebutuhan. Saat ini dana desa yang dikucurkan ke Desa Jambu sebesar Rp650 juta. Jumlah anggaran yang diterima Desa Jambu ini bisa lebih jelas peruntukannya. "Dengan kepastian hukum, baik peta fisik maupun satelit ini, pembangunan dapat kami arahkan tepat sasaran wilayahnya. Seperti pembangunan jembatan pasti di desa ini, tidak akan salah sasaran ke desa lainnya," kata Plt Sekretaris Desa Jambu, Siswadi. Masih terbatasnya jumlah dana desa yang diterima, para pengambil keputusan di Desa Jambu lebih berhati-hati dalam menggunakannya. "Terutama menyangkut pemerataan pembangunan di setiap rukun tetangga (RT) maupun rukun warga (RW), maka kejelasan batas wilayah ini semakin memudahkan proses pengambilan keputusan dalam pembangunan fisik," tambah Siswandi. Kaur Umum Desa Jambu, Sugianto, menambahkan manfaat lain dari peta digital ini bisa diketahui jumlah penduduk di wilayah itu. "Saat ini jumlah penduduk Desa Jambu sebanyak 4.225 jiwa atau 1.339 keluarga. Mereka tersebar di seluruh desa hingga batas wilayah. Dengan peta ini memudahkan kami untuk mencari rumah dan alamat warga," terang Sugianto. Dengan informasi yang cukup lengkap dalam peta digital ini, Sugianto meyakini tidak akan terjadi sengketa lahan antarpenduduk atau antardesa. "Batas wilayahnya sudah sangat jelas lewat peta ini, jadi kecil kemungkinan terjadi sengketa," tambahnya. Sementara itu, dari sisi warga, keberadaan peta digital yang dibuat BIG juga mampu meredam kebingungan warga terhadap status kewarganegaraan dan alamat kewarganegaraan sebab hal ini menyangkut kepastian hukum dan perekonomian warga yang sebagian besar petani. "Adanya kepastian peta wilayah ini membuat warga seperti saya ini lebih tenang. Alasannya, data tentang kami tepat. Alamat rumah saya sesuai di Desa Jambu. Kebun yang saya tanami sayuran juga berada di desa ini sehingga masalah pembayaran pajak bumi dan bangunan hingga menerima bantuan seperti benih atau ternak dari pemerintah, lebih tepat sasaran," jelas Hardjono, warga Desa Jambu. (N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya