Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Air Sungai pun Jadi Asin

Denny Susanto
04/9/2015 00:00
Air Sungai pun Jadi Asin
(MI/Denny Saputra )
MUSIM kemarau panjang menyebabkan debit air di Sungai Barito dan Sungai Martapura, yang mengalir di beberapa daerah di Kalimantan Selatan, surut. Tragisnya, air laut pun merembes masuk ke sungai. Juru bicara Perusahaan Daerah Air Minum Bandarmasih, Nursiah mengungkapkan kadar garam di sejumlah titik pantau di kedua sungai itu mencapai 10 ribu mg/liter. Itu berarti sama dengan tingkat keasinan air laut. "Daerah yang terdampak kekeringan kian meluas, sehingga warga pinggiran tak mendapatkan pasokan air bersih dari PDAM. Air sungai juga tidak bisa dimanfaatkan lagi karena kadar garamnya tinggi," tuturnya saat menyalurkan air bersih kepada warga di Kelurahan Mantuil, Kota Banjarmasin, kemarin.

Ia menambahkan hasil pengukuran kualitas sungai memperlihatkan kadar garam di perairan Sungai Barito dan Martapura sudah sama dengan air laut. "Air sungai saat ini sama sekali tidak dapat dimanfaatkan oleh PDAM maupun masyarakat. Kadar garam air sungai sama dengan air laut, sedangkan batas kadar garam yang bisa diolah hanya 250 mg per liter." Sejak dua pekan terakhir PDAM Bandarmasih tidak lagi mengoperasikan intake pengolahan air Sungai Bilu yang menyebabkan pasokan air bersih mengalami defisit hingga 30%.

Selain itu, intake pengolahan air laut milik PDAM Bandarmasih di Pulau Bromo, Mantuil yang memiliki ambang batas kadar garam hingga 7.000 mg per liter terpaksa juga dihentikan. "Kondisi kemarau tahun ini sangat ektrem. PDAM mulai kewalahan memenuhi permintaan suplai air bersih untuk warga, juga permintaan industri dan instansi," tambah Nursiah. Kegiatan penyaluran air bersih di Mantuil dilakukan PDAM bekerja sama dengan Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia atau wartawan pecinta lingkungan. Kegiatan akan terus digulirkan hingga musim penghujan tiba.

Alasan ekonomi
Dari Indramayu, Jawa Barat, dikabarkan, ancaman puso akibat kekeringan telah memicu maraknya perceraian di kalangan petani. Data dari Pengadilan Agama Kabupaten Indramayu memperlihatkan sejak musim kemarau, Mei-Agustus, laporan perkara cerai talak dan cerai gugat mencapai 2.828 kasus. Yang tertinggi terjadi Agustus, yang mencapai 871 kasus. "Fenomena meningkatnya perceraian akan memuncak pada November mendatang. Kami menduga perceraian dipicu oleh lahan pertanian yang puso, seperti tahun-tahun sebelumnya," papar Ketua Pengadilan Agama Kabupaten Indramayu, Anis Fuadz.

Lahan pertanian yang puso, lanjut dia, membuat banyak rumah tangga mengalami kesulitan ekonomi. Faktor ini menjadi alasan utama warga yang mengajukan perceraian.  Kemarau juga membuat air bersih di sejumlah bendungan di Batam, Kepulauan Riau, dicuri. Pada malam hari, mobil-mobil tangki air dengan cara sembunyi-sembunyi menyedot air di dua bendungan, yakni Duriangkang dan Sei Ladi.

"Mereka melakukan aktivitas di malam hari. Tidak ada pengamanan di bendungan," kata Haris, warga Duriangkang. Kedua bendungan itu menjadi sumber air baku perusahaan air minum PT Adya Tirta Batam, yang mengelolanya bersama Badan Pengusahaan Batam. Dari sejumlah daerah, kemarin, juga dilaporkan terjadinya krisis air bersih yang semakin meluas. Di lereng Gunung Slamet, ribuan warga Desa Batursari, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, warga membutuhkan pasokan air bersih. Di Cilacap, Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Serayu Citanduy menambah waktu pengaliran air untuk menyelamatkan areal pertanian seluas 17 ribu hektare lebih. Petani di Sukabumi, Jawa Barat, juga diminta untuk menyisakan hasil panen padi, karena musim kemarau masih panjang.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya