Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Satu Waduk Sejuta Manfaat

Liliek Dharmawan
21/9/2016 00:45
Satu Waduk Sejuta Manfaat
(MI/ LILIEK DHARMAWAN)

RAUT wajah Wakil Bupati Banjarnegara, Jawa Tengah, Hadi Supeno, tampak serius saat melihat kondisi Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman atau dikenal dengan nama Waduk Mrica. Usia waduk tersebut diprediksi tinggal 6-8 tahun. Padahal, keberadaan Waduk Mrica yang dibangun pada 1989 sangat potensial. Waduk itu selain untuk irigasi, juga sebagai penggerak turbin pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas 3 x 60 megawatt (Mw) atau 180 Mw. Keberadaan waduk tersebut menjadi penopang sektor pertanian karena airnya untuk mengaliri sawah seluas 5.000 hektare. Wakil Bupati Banjarnegara, Hadi Supeno, mengakui ancaman nyata di depan mata karena setiap tahunnya ada sekitar 4,6 juta meter kubik lumpur yang masuk ke Waduk Mrica. Hingga 2015 sudah tercatat 125 juta m3 endapan yang masuk ke Waduk Mrica. "Sedimentasi cukup tinggi tersebut berasal dari erosi tanah daerah-daerah pegunungan utara Banjarnegara hingga Dieng. Jika tiap tahun sedimentasi sebanyak 4,6 juta m3, maka diprediksi usia waduk hanya tersisa 608 tahun. Nantinya akan menjadi lautan lumpur," jelas Hadi Supeno.

Saat ini langkah-langkah penyelamatan tengah dilakukan sebab Waduk Mrica mampu menghasilkan listrik dari pembangkit tenaga air mencapai 180 Mw. "Ini merupakan energi bersih. Maka perlu dilakukan langkah-langkah penyelamatan seperti mengeruk lumpur sebanyak 2,6 juta m3 per tahun," ujarnya. Jumlah tersebut masih belum ekuivalen dengan banyaknya lumpur yang masuk setiap tahunnya. Di sisi lain, pemkab terus melakukan upaya penghijauan di daerah hulu Sungai Serayu dan Mrawu. Upaya reboisasi yang masif dilakukan dengan menanam sebanyak 5 juta pohon per tahun diharapkan dalam juga mampu menahan laju erosi di daerah hulu.

Perawatan waduk
Keberhasilan program ketahanan pangan memang bergantung pada ketersediaan air. Di Malang, Jawa Timur, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) 1, Kota Malang, menjamin pasokan air baku agar mencukupi kebutuhan selama musim kemarau. Hasilnya, pasokan pangan tidak terganggu. Kepala Pengembangan Wilayah dan Optimalisasi Aset PJT 1, Wahyu Dutonoto, mengatakan ketersediaan air untuk irigasi, industri, PDAM, perikanan, PLTA, dalam kondisi aman. "Ketersediaan air stabil, dalam kondisi aman. Pola alokasi air tetap terjaga," tegasnya. Wahyu menjelaskan pemeliharaan waduk dan hulu hingga hilir daerah aliran sungai yang dikelola secara profesional dan terintegrasi tersebut memberikan kepastian aman selama musim kemarau. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir bakal kekurangan air apalagi kekeringan. Pasalnya, ketersediaan air baku mencukupi kebutuhan para penerima manfaat.

Kinerja selama 2015 mampu memasok air baku untuk irigasi seluas 1,3 juta ha sekaligus menghasilkan gabah sebanyak 15,1 juta ton setara Rp56 triliun. Layanan jasa air untuk pembangkit listrik mencapai 2.274,13 juta kWh, layanan jasa air untuk PDAM sebesar 401,24 juta meter kubik, layanan untuk industri mencapai 209,96 juta meter kubik, dan pengendalian banjir 132 titik berteknologi tinggi. Kinerja setahun lalu itu membukukan pendapatan usaha Rp358,57 miliar tumbuh 112,1% ketimbang 2014 sehingga laba sebesar Rp75,63 miliar. Di masa mendatang, untuk memperkuat ketahanan pangan dan energi, perawatan waduk dan hulu daerah aliran sungai di wilayahnya dimaksimalkan. "Kami sekarang fokus pemeliharaan dan menjaga fungsi ekonomi waduk. Artinya, fungsi penting dalam mendukung program ketahanan pangan dan energi," katanya. Perum Jasa Tirta 1 merupakan badan usaha milik negara bergerak dalam pengelolaan sumber daya air di wilayah Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Selanjutnya, sesuai Keppres N 2 Tahun 2014 ditugasi mengelola wilayah Sungai Jratunseluna, Serayu Bogowonto, dan Toba Asahan. Adapun untuk program ketahanan energi, pembangunan listrik di wilayah tersebut memanfaatkan kelebihan air yang selama ini terbuang percuma.

Perbaikan irigasi
Dari Jawa Barat, Kabupaten Karawang, kehadiran daerah irigasi sangat penting. Daerah irigasi menjadi salah satu kontribusi pertumbuhan perekonomian di Karawang. Aliran air irigasi akan menghidupkan persawahan yang menghampar di wilayah itu. Pembangunan daerah irigasi di Karawang dimulai pada 1960-an. Karawang dirancang sebagai daerah lumbung pangan sejak awal. "Irigasi sebagai bagian penting dunia pertanian. Bahkan, sumber air yang baik akan menghasilkan produksi yang baik juga," ujar Kepala Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan Karawang, Kadarisman. Sejak dibangunnya irigasi di Karawang, produksi gabah yang ditargetkan oleh pemerintah pusat setiap tahunnya mencapai 1,5 juta ton dapat dicapai.

Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Karawang, Acep Jamhuri, menambahkan awalnya pengairan untuk pertanian menggunakan sungai-sungai besar di sekitar. Namun, setelah dibangun irigasi, volume air dari sungai pun mulai diatur lewat bendungan. Saat ini terdapat 62 daerah irigasi di Karawang. Tiap-tiap daerah irigasi memiliki bendungan sebagai pengatur volume dan lintasan air. "Data yang diberikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) sebanyak 42 daerah irigasi ada di Karawang. Sekitar 20 daerah irigasi belum terdata sehingga tupoksi pengurusannya tidak jelas. Jadi kita akan daftarkan 20 daerah irigasi yang belum didata itu ke Kementerian PU-Pera," ujar Acep. Meski sebagai daerah lumbung padi, masalah tata kelola untuk perawatan daerah irigasi dan sungai pembuang masih lemah, terlebih banyak sekali daerah irigasi dan sungai besar di Karawang yang rusak. Apabila musim hujan, banyak daerah persawahan yang kebanjiran. (BN/CS/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya