Headline

KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.

Hemat dengan Kapal Paralon

Akhmad Safuan
17/9/2016 07:45
Hemat dengan Kapal Paralon
(MI/AKHMAD SAFUAN)

CUACA buruk melanda Laut Jawa. Gelombang tinggi dan badai mengganas mengakibatkan sebagian besar nelayan di pantai utara (pantura) Jawa memilih untuk tiarap dan tidak melakukan aktivitas melaut.

Bendera hitam dipasang di pelabuhan sebagai tanda bahaya hingga memaksa nelayan untuk sandar kapal sampai kondisi kembali normal. Ketika sejumlah kapal nelayan tidak berani melaut dan memilih lempar jangkar karena kondisi di tengah lautan yang sedang mengganas, kapal paralon dengan panjang 17 meter, lebar 4,2 meter, dan berkekuatan mesin 70 PK malah menjajal kekuatan.

Pada Rabu (7/9), kapal karya perusahaan anak bangsa hasil produksi PT Barokah Marine, Slamaran, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, itu diluncurkan ke laut. Kapal yang diberi nama KM Baruna Fishtama bukan hanya diuji kemampuan berlayarnya, melainkan juga kemampuan menangkap ikan. Jaring insang (gillnet) sepanjang 2.400 meter direntangkan sekitar pukul 21.00 WIB.

Badai yang diikuti gelombang tinggi menambah tantangan bagi awak kapal ketika mengoperasikan jaring tersebut. Hingga 7 jam, badai berlangsung dan gelombang terus menghantam lambung kapal yang dinakhodai Abdurahman. Baru setelah badai mereda dan gelombang mulai normal sekitar pukul 04.00, gillnet dapat diangkat lagi ke kapal. Hasilnya cukup luar biasa. Tangkapan ikan yang didapat mencapai 1 ton dari kapasitas kapal sebanyak 3,5 ton.

"Meskipun badai terus menerjang dan gelombang tinggi menghantam lambung, kapal tetap berjalan stabil dan tidak terpengaruh," kata Abdurahman ketika kembali ke pelabuhan Pekalongan, Jawa Tengah, setelah dua hari pelayaran pertama itu kepada Media Indonesia.

Hemat bahan bakar

Hasil cukup baik tersebut tentunya menjadi kebanggan sang perancang kapal yang juga Direktur Utama PT Barokah Marine Agus Triharsito. Putra asli Pekalongan itu melakukan serangkaian riset hingga ke Taiwan dan uji coba sebelum akhirnya meluncurkan kapal tersebut.

"Ini merupakan uji coba dengan kekuatan alam yang ada di Laut Jawa, selain stabil dan mampu bertahan di tengah badai gelombang selama 7 jam, kapal ini tetap bertahan dan menghasilkan tangkapan yang besar," kata Agus.

Pria lulusan Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro (Undip), Jateng, itu menjelaskan kapal tersebut dibuat dengan menggunakan 38 buah paralon berukuran 14 inci dan 12 inci. Hampir seluruh, atau tepatnya 80%, bagian kapal itu merupakan produk dalam negeri. Produk impor terdapat pada mesin yang merupakan buatan Tiongkok. Agus menjelaskan kapal tersebut juga masih menggunakan material kayu, tetapi hanya sekitar 10% dari total material kapal. Ia memperkirakan kapal buatannya dapat bertahan hingga 50 tahun atau berarti dua kali lipat umur kapal kayu. Keunggulan kapal tidak berhenti di situ. Dari hasil uji coba, KM Baruna Fishtama cukup hemat bahan bakar.

Jika kapal pada umumnya dalam sekali pelayaran membutuhkan 1 ton bahan bakar dengan nilai sekitar Rp20 juta, kapal paralon itu hanya membutuhkan 500 liter bahan bakar dengan nilai Rp10 juta.

"Kita rancang dan buat kapal ini selama 2,5 bulan, bahkan perwatannya juga lebih mudah karena hanya mengganti paralon jika ada kerusakan," tambah pria kelahiran 16 Ferbruari 1969 itu.

Saat ditanya tentang jenis kapal yang diproduksi saat ini, Agus mengatakan hingga saat ini telah dibuat empat tipe kapal paralon. Selain kapal ikan, ia membuat kapal penumpang dan kapal wisata. Pesanan untuk kapal paralon itu datang dari berbagai daerah seperti Kabupaten Pekalongan, Singkawang, Banten, Jakarta, dan Medan.

"Harga kapal ini juga lebih murah 30% ketimbang kapal sejenis sehingga terjangkau oleh seluruh kalangan kelas nelayan kecil hingga besar," lanjut Agus yang menekuni bidang perkapalan sejak 1990.

Sebelum membuat kapal paralon, Agus yang mendirikan perusahaan pada 2011 telah membuat berbagai jenis kapal. Bersama dengan sang adik, Joko Munfirano, ia telah menghasilkan berbagai kapal termasuk kapal tongkang, kapal keruk, dan kapal kargo. Saat publikasi pertama kali kapal paralon, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek dan Dikti) Muhammad Nasir yang saat itu datang sangat mengapresiasi inovasi yang dibuat Agus.

"Kapal ini memiliki sejumlah keunggulan jika dibandingkan dengan kapal kayu konvensional. Selain proses pembuatannya lebih cepat, murah, dan irit konsumsi bahan bakar, kapal ini ramah lingkungan dan berdaya tahan tinggi," kata Muhammad Nasir yang kemudian memberikan nama KM Baruna Fishtama.

Di sisi lain, Nasir juga mendorong sertifikasi kapal sehingga kapal ini dapat benar-benar layak berlayar dan dapat menjadi kapal andalan nelayan dalam negeri ataupun untuk dipasarkan ke luar negeri. Untuk mencapai 100% produk dalam negeri, Nasir juga meminta Dekan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang untuk membuat mesin kapal guna melengkapi kebutuhan kapal paralon itu.

"Undip ada jurusan mesin, jadi harus melakukan riset terhadap mesin kapal ini sehingga ke depan harus bisa hilirisasi riset lainnya," kata dia. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya