Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
BERKURANGNYA debit air Umbulan dari 6.000 l/detik menjadi 3.200-3.500 l/detik disebabkan kerusakan hutan di daerah hulu kawasan Pegunungan Tengger atau Gunung Bromo. Daerah yang menjadi tangkapan air Umbulan diperkirakan 25 ribu hektare. Hutan yang gundul membuat air hujan yang turun tidak bisa terserap tanah yang kemudian disimpan sebagai cadangan air. Gundulnya hutan disebabkan pembalakan liar maupun alih fungsi lahan yang tidak ditangani dengan bagus dan tepat.
"Untuk bisa mendapat gambar visual yang jelas, tim kami menggunakan drone untuk menyusuri kawasan itu, sehingga kerusakan alam yang parah benar-benar nampak," ucap Gunawan, ahli hidro geologi dari Unmer Malang. Sementara itu, di bagian tengah sekitar Umbulan, kondisinya cukup runyam. Warga memanfaatkan air dengan membuat sumur pompa dan sumur artesis. Ada sumur pompa di 19 lokasi dan sumur artesis di 23 lokasi, yang semuanya digunakan untuk irigasi pertanian. Air yang digunakan untuk pertanian hingga 2.000 l/detik.
Jumlah itu masih ditambah banyaknya sumur artesis liar yang dibuat warga di lima kecamatan, yakni Kecamatan Winongan, Rejoso, Grati, Gondangwetan, dan Pasrepan. Diperkirakan, ada 200 sumur resapan ilegal dengan debit masing-masing sekitar 10 hingga 20 l/detik atau setara dengan 4.000 l/detik yang terbuang mubazir. Sementara itu, di bagian tengah-tengah atau di sekitar Umbulan dan sekitarnya, kondisinya juga dinilai runyam. Pemanfaatan air tanah berupa sumur pompa di 19 lokasi dan sumur artesis di 23 lokasi, untuk irigasi pertanian hingga 2.000 l/detik.
Hal itu ditambah dengan banyaknya sumur artesis liar (illegal drilling) yang dibuat warga di lima kecamatan, yakni Kecamatan Winongan, Rejoso, Grati, Gondangwetan, dan Pasrepan. Jumlahnya mencapai ratusan. Di bagian hilir, kerusakan parah terjadi akibat kualitas air yang mengalir di Sung Rejoso dan sungai-sungai lainnya cukup rendah. Penyebabnya ialah pencemaran limbah industri maupun rumah tangga. Gunawan mengusulkan agar problem di sumber air Umbulan ditangani terpadu. "Diperlukan manajemen hutan dengan reboisasi. Keberadaan sumur pompa dan sumur artesis perlu dievaluasi, sedangkan sumur liar perlu ditertibkan," sarannya.
Mahrus Solikin, pegiat lingkungan asal lereng Bromo, Kecamatan Puspo, menambahkan, dari sekitar 25 ribu ha luas lereng Bromo, saat ini hanya tinggal 35% yang masih terjaga. Penggundulan hutan masih terus berlanjut hingga kini. "Gundulnya hutan membuat sumber-sumber air menyusut seperti Umbulan itu. Gundulnya hutan mengakibatkan pemanasan global yang mendatangkan banjir dan tanah longsor," kata Mahrus Solikin, sekaligus Ketua Forum Pemerhati Air Kabupaten Pasuruan. Ia menjelaskan, sebaran 25 ribu ha hutan ada di Kecamatan Puspo, Lumbang, Tosari, Tutur (Nongkojajar) hingga Gunung Bromo. Kerusakan hutan itu tampak dari pinggir jalan menuju ke Gunung Bromo dari Pasrepan, Puspo hingga Tosari maupun Lumbang. Hutan pinus dan mahoni sudah tidak serimbun dulu.
Bagi Mahrus yang menanam pohon sejak 1980, yang lebih memperihatinkan lagi, hutan pinus dan mahoni yang ditebangi itu termasuk kawasan hutan lindung. Lahan bekas hutan dijadikan ladang tanaman rumput gajah untuk pakan ternak sapi. Makin menyempitnya luasan hutan juga disampaikan Sugiharto, peraih Kalpataru 2011 untuk kategori penyelamat hutan. Penyusutan dan matinya sumber air maupun anomali cuaca yang terjadi saat ini disebabkan makin menyempitnya hutan. "Dibutuhkan gerakan yang masif dan lintas sektoral lembaga untuk menyelamatkan hutan, agar kerusakan bisa segera diperbaiki," kata Sugiharto. (AB/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved