PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, menilai penyebab utama terjadinya stunting karena faktor ekonomi warga di kota itu tidak mampu membeli makanan bergizi.
Wakil Wali Kota Palu, Reny A Lamadjido mengatakan, faktor ekonomi menjadi penyebab stunting berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tim pravelensi stunting di lapangan sejak 2022 lalu. "Ibu hamil tidak dapat mengonsumsi makanan bergizi dan saat melahirkan tidak mampu memberikan makanan bergizi kepada bayinya karena ekonomi yang pas-pasan,” terangnya, Rabu (11/1).
Menurut Reny, untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Palu di tahun ini melakukan upaya intervensi dengan memberikan bantuan sosial berupa sembako kepada warga yang kurang mampu dan berisiko stunting. Sembako ini berisi beras, minyak, susu, telur, ikan, tahu, tempe, buah-buahan, dan makanan bergizi lainnya. "Sembako itu tentu di dalamnya banyak makanan bergizi untuk ibu hamil dan bayi,” tegasnya.
Reny menjelaskan, sampai saat ini, pihaknya terus berupaya menurunkan kasus stunting yang masih memerlukan penanganan lebih serius.
Pasalnya, berdasarkan data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (PPGBM) kasus stunting di Palu masih berada di angka 23,9%. Meski terjadi penurunan 1,7% di 2022, namun angka tersebut masih terbilang tinggi.
“Meski angkanya masih di bawah angka nasional sebesar 24%, namun kami masih terus berupaya untuk menekan angka itu sampai di bawah 20%,” paparnya.
Reny menambahkan, untuk mengindentifikasi anak yang berisiko stunting pemerintah Palu melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) menurunkan tim ke setiap kelurahan maupun kecamatan untuk melakukan pendataan langsung di lapangan, sehingga dalam penyaluran program bantuan tepat sasaran.
“Saat ini pendataan sementara berlangsung. Ketika pendataan selesai penyaluran bantuan langsung kami lakukan. Target bulan ini selesai,” tandasnya. (OL-12)