upati Purbalingga, Jawa Tengah, Sukento Rido Marhaendrianto (paling kiri) memperhatikan koleksi batu akik miliknya di Pendopo Dipokusumo(MI/Liliek Dharmawan)
SEJUMLAH pegawai terlihat meriung di sudut Pendopo Dipokusumo, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, kemarin. Mereka saling memamerkan cincin batu akik yang tersemat di jemari masing-masing.
"Akik ini baru dapat kemarin dari perajin. Warnanya merah bercampur hijau. Harganya lumayan," kata Agus, salah satu pegawai.
Di Purbalingga, tidak hanya pegawai pria yang mengenakan batu akik.
Lina, perempuan pegawai di Sekretariat Daerah Purbalingga, juga membanggakan batu akik yang bertengger di lehernya sebagai liontin.
"Akik bukan dominasi kaum pria saja, lo," tandasnya.
Sejak sebulan lalu, Bupati Purbalingga Sukento Ridho Marhaendrianto mengimbau seluruh PNS di daerahnya memakai batu akik, khususnya yang dihasilkan dari Klawing. "Klawing ialah sungai besar di Purbalingga. Di tempat itu, banyak batu yang potensial," tuturnya.
Karena itu, ia pun meminta para PNS memakai batu akik asal Klawing.
"Tidak pakai surat resmi karena permintaan itu bersifat imbauan saja," lanjut Bupati.
Ternyata imbauan itu langsung mendapat tanggapan luas. Bak gayung bersambut, para pegawai kabupaten seperti keranjingan berburu batu akik.
Sukento mengakui penggunaan batu akik lokal ternyata mampu menghidupkan ekonomi masyarakat di perdesaan. Warga tidak hanya bisa mencari batu alam, tapi mengolahnya.
"Saya berharap warga tidak hanya menjual batu yang masih mentah. Supaya harganya bisa lebih mahal, mereka harus menjualnya dalam bentuk telah jadi," paparnya.
Namun, di balik animo besar perburuan batu akik, Sukento juga mengkhawatirkan terjadinya kerusakan lingkungan. "Itu yang tengah kami pikirkan. Dalam waktu dekat, kami akan belajar ke Aceh untuk mempelajari peraturan daerah soal penambangan batu alam sehingga tidak merusak lingkungan."
Tidak hanya draf aturannya saja. Yang lebih penting ialah praktiknya di lapangan. "Intinya ialah bagaimana ekonomi masyarakat berkembang, tapi lingkungan tetap terjaga," tegas Bupati.
Selain imbauan bagi pegawai, Pemerintah Kabupaten Purbalingga menggulirkan program pembinaan untuk perajin batu akik. Ada dana Rp900 juta yang digelontorkan dari APBD supaya industri kecil batu akik bisa meningkatkan kualitas produknya.
Ketua Paguyuban Pecinta dan Pelestari Batu Akik Klawing Bejo Cahyono menyatakan jenis batu Klawing beragam, dengan motif bisa mencapai seribu. Yang paling dicari ialah nogo sui, pancawarna, kalsedon, dan batu lapis.
"Batu Klawing jadi booming setelah bupati mengeluarkan imbauan. Saat ini, ada 500-1.000 perajin yang membuat batu akik dan setiap perajin bisa mempekerjakan 2-4 orang," lanjut Bejo.
Sambil berpromosi ia menambahkan batu Klawing ialah batu berkualitas dengan tingkat indeks kekerasan mineral atau mohsnya mencapai 8. Dalam indeks tersebut, intan menduduki peringkat paling atas mencapai 10 mohs. (Liliek Dharmawan/N-3)