Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Sejahtera Bersama Limbah PLTU

Bagus Suryo
26/12/2021 12:45
Sejahtera Bersama Limbah PLTU
Petugas sedang mencampur batu bara dan serbuk kayu dalam program cofiring untuk bahan bakar PLTU Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.(MI/BAGUS SURYO)


ERWIN Hendri Annasih dan Nurul Huda mampu bangkit, setelah sempat kelimpungan mencari pekerjaan di masa pandemi covid-19. Kedua pemuda Desa Binor, KabupatenProbolinggo, Jawa Timur, itu, tak menyangka rezeki datang begitu cepat dari barang sepele, yakni serbuk kayu.

Mereka membangun usaha sejak Juni 2020 dari keprihatinan lantaran limbah serbuk usaha mebel dan gergajian kayu sengon dibuang begitu saja di sembarang tempat. Imbasnya mencemari lingkungan.

Erwin dan Nurul berinisiatif menawarkan limbah serbuk kayu itu ke PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB). Gayung bersambut, Unit Pembangkitan Paiton sedang membutuhkan serbuk kayu dalam jumlah besar sebagai pemdamping batu bara untuk optimalisasi pembakaran PLTU dalam proses produksi listrik.

Program cofiring itu membuat Erwin sumringah. Program itu bagian penting transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT).

Ia pun cepat menangkap peluang lalu bergerak bersama Nurul mendata usaha berbasis kayu di Probolinggo, Lumajang, Situbondo dan Bondowoso. Mereka juga blusukan ke desa-desa.

Setelah ada kepastian pasar dan pemasok, limbah serbuk kayu dibeli seharga Rp100 ribu-Rp130 ribu per meter kubik, kualitas super kering. Untuk pengangkutan mereka melibatkan 20 armada.

Para perajin mebel pun antusias karena serbuk kayu, kini bernilai ekonomi, dari sebelumnya dinilai sebagai limbah dan dibuang begitu saja ke sungai.

"Keuntungan atau penghasilan kami Rp5 ribu-Rp10 ribu per ton," tegas Nurul Huda kepada Media Indonesia, Jumat (24/12).

Menurut Nurul, program cofiring PJB bisa memberdayakan warga dan menyerap tenaga kerja di perdesaan sekaligus ramah lingkungan. Pengumpul serbuk kayu bermunculan merambah dusun.

Bahkan, mereka mengembangkan usaha dengan membeli 4 unit truk. Pasalnya, permintaan serbuk kayu terus meningkat.

Semula 100 ton per hari lalu 250 ton-300 ton per hari. Adapun harga yang dipatok PT PLN (Persero) Rp400-Rp500 per kg serbuk kayu sesuai harga tender.

M Zainulloh Rizal, karyawan PLTU Paiton membidangi cofiring mengatakan kebutuhan sawdust atau serbuk gergajian untuk bahan bakar PLTU semula hanya 1% atau setara 100 ton per hari dicampur batu bara. Lalu, meningkat 5%. Penelitian Puslitbang PLN terbukti hasilnya bagus, mesinnya aman, sulfur sisa pembakaran di bawah ambang batas, produksi listrik terjaga dan efisien.

Memakai serbuk kayu, lanjutnya, tak perlu investasi tambahan. Itu sebabnya cofiring diterapkan kontinu. Dua bulan ini penggunaan serbuk kayu untuk bahan bakar PLTU sudah mencapai 3%-5%.

"Ke depan kita tingkatkan lagi dengan pengembangan tanpa modifikasi PLTU," katanya.

Tantangan program itu hanya pada keberlanjutan pasokan serbuk kayu.
Untuk kapasitas 500 ton per hari memang bisa dicukupi dari Probolinggo dan sekitarnya. Bila kebutuhan meningkat, tentu konsekuensinya mulai memikirkan perluasaan pasokan dengan harga lebih kompetitif.

"PLN mematok harga Rp400-Rp500 per kg. Sementara jika menggunakan kayu palet sangat bagus, tapi harganya Rp1.500 per kg," imbuhnya.

Karena itu, PJB nantinya akan bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk pengadaan serbuk kayu. Saat ini, program cofiring terus dikembangkan, menggarap hulu-hilir.

Serbuk kayunya memberdayakan warga dan ramah lingkungan, limbah pembakaran berupa fly ash dan bottom ash (FABA) diolah untuk bahan bangunan dan memasok industri semen. Limbah abu partikel halus itu dibuat batako, bata beton dan bata interlock.

Inovasi Limbah

Nurul Emilia, 20, pemilik rumah berbahan FABA menyatakan biaya pembangunan rumahnya lebih murah. Ia cukup mengeluarkan dana Rp100 juta untuk ukuran tanah 112 meter persegi.

Warga Kampung Baru, Desa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, itu, menempati rumah dua kamar bersama sang suami, Ahmad Syahroni Wirananda, 21. Pengantin baru ini menikmati bulan madu di rumah berbahan limbah PLTU.

"Kami barusan menikah, menempati rumah berbahan FABA," kata Nurul.

Aprilia Dwi Kristiani, staf lingkungan PLTU Paiton menyatakan produksi FABA mencapai 6 ribu ton per bulan. Kreativitas dan inovasi yang muncul, telah memperluas penyerapan tenaga kerja dan memperkuat UMKM.

Perajin binaan PJB memproduksi bata beton dan bata interlock memanfaatkan limbah FABA untuk bahan bangunan rumah.

Di sisi lain, pandemi covid-19 membuat usaha petani merosot lantaran banyak kafe tutup. Daya beli maayarakat ;pun anjlok di tambah harga pupuk melonjak. Dalam kondisi itu PLN hadir membantu petani.

Di Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, PJB mengembangkan inovasi trichokompos, penjemuran kopi komunal dan strategi pemasaran. Manfaatnya sudah dinikmati petani di lereng Gunung Argopuro.

Program Corporate Social Responsibility (CSR) Unit Pembangkitan Paiton menyentuh desa penghasil kopi jenis robusta maupun arabika sebanyak 145,6 ton per tahun.

Suto, Ketua  Kelompok Putra Kramat, salah satu ketua kelompok pertanian di Desa Andungbiru, menyatakan pembangunan lahan jemur komunal berbahan paving block memanfaatkan FABA PLTU Paiton membantu petani kopi. "Rak untuk menjemur 50 kg biji kopi membuat pengeringan optimal," ujarnya.

Petani pun diajari membuat trichokompos atau pupuk organik sebagai solusi mengatasi mahalnya harga pupuk. Perusahaan juga memberikan pendampingan pada proses penjualan guna meningkatkan dan memperluas pemasaran kopi.

Alhasil berbagai inovasi dari PLN dan PJB hadir di tengah pandemi memberikan manfaat luas bagi masyarakat guna pemulihan ekonomi. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya