Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
FASILITAS umum (Fasum) maupun fasilitas sosial (Fasos) yang layak bagi masyarakat terus menjadi perhatian Yayasan Erick Thohir melalui program social healing-nya.
Seperti yang dirasakan warga RT40 Kelurahan 20 Ilir 2, Kecamatan Kemuning, kota Palembang.
Pemukiman yang padat penduduk itu, sangat terbantu dengan keberadaa lapangan dan dinding mural seluas 12x12 meter. Terutama bagi anak-anak dalam menuangkan ekspresinya dengan cara menggambar atau mural.
Junita Wijayanti, siswi Madrasah Aliyah kelas XII, ini nampak tenang menggerakan setiap kali kuasnya pada dinding.
Junita sedang menyelesaikan gambar Erick Thohir yang sedang tersenyum sambil mengacungkan jempol. Terlihat warna merah putih menyerupai bendera pusaka Indonesia, membalut tubuh Erick Thohir.
Beberapa kali Ia menyapu kuasnya pada tempat yang sama. Sekedar untuk mempertebal guratan warna pada gambar Menteri BUMN itu.
"Gambar pak Erick ini bentuk terimakasih kami dibangunkan ruang ekspresi," katanya
Disamping gambar itu, berjejer beberapa lukisan yang sudah diselesaikan dirinya beserta lima teman sejawatnya. Ada lima lukisan.
Sebagian besar lukisan mempunyai makna kebersamaan warga selama mengisi waktu masa pandemic.
Ada gambar warga sedang berlomba memindahkan air dan aksi panjat pinang anak-anak. Begitu juga mural yang melukiskan semangat masyarakat mengangkat bendera merah putih saat HUT RI.
Ia mengakui saat memulai melukis di dinding, ada rasa gugup hinggap di dirinya. Karena itu menjadi pengalaman pertama dihidupnya.
"Takut jelek, salah lukis. karena biasanya gambarnya di kertas dan kanvas," kata Junita.
Perempuan 17 tahun ini mengungkapkan, dalam menggambar dirinya lebih sering mengandalkan imajinasinya dan mood atau suasana hati. Baik dalam pemilihan gambar yang akan dilukis. Begitu juga waktu untuk menyelesaikannya.
Junita mengungkapkan akhir tahun 2021 nanti, dirinya akan nge -mural pemandangan Pantai Kuta Bali.
"Google juga sebagai referensi menentukan tema, termasuk tema itu," tambah Junita.
Ketua RT40 sekaligus inisiator, Yuyun mengaku apa yang dilakukannya dengan menyedikan lahan tidaklah sia- sia bagi 82 kepala keluarga (KK). Sebab, sebelum ada dinding mural, anak-anak lebih sering menghabiska waktu bermain di jalanan.
"Anak-anak bermain seringnya main di jalan utama perumahan," sebut Yuyun.
Ibu empat orang anak ini pun mengaku mengambil tema Mural, lantaran dirinya yang juga senang menggambar. Sehingga, memanfaatkan sisi dinding yang tepat menghadap lapangan.
"Saya orangnya suka menggambar dan saya suka melihat hal-hal yang berwarna warni. Sehingga tempatnya menarik. Juga sebagai media untuk anak-anak yang hobi menggambar juga,"ungkapnya.
Yuyun juga menceritakan, awal mulanya pembangunan lapangan mural ini dibangun oleh Yayasan Erick Thohir. Wujud lapangan ini, merupakan tanah merah yang ditimbun, sehingga kondisinya ketika sudah hujan becek dan jalan menjadi kotor. Karena lokasi ini, sambung dia, hanya satu-satunya sebagai ruang kegiatan publik, akhirnya sempat warga meratakan dengan batu dan pasir agar tidak terlalu becek ketika hujan.
"Kemudian tim dari E Troopers datang dan bertanya apakah lokasi ini bisa menjadi salah satu titik social healing untuk diperbaiki. Saat itu, saya dan beberapa tokoh warga berembuk dan menyambut positif,"tutur Yuyun apapun untuk kepentingan umum pasti didukungnya.
Yuyun mengakui tema di lapangan mural ini masih pada gambar-gambar suasana permainan peringatan 17 Agustus.
Salah satunya, kata dia, seperti gambar mural cabang perlombaan memindahkan air dengan baskom yang diikuti ibu-ibu.
"Dalam menggambar selalu mengangkat tema keramaian dan anak-anak. Jadi bukan mural yang sifatnya sulit dimengerti anak-anak. Seperti grafiti," ucapnya.
Salah seorang seniman mural, Iyan, 38, mengatakan untuk menggambar suatu objek di bidang media yang luas, diperlukan keterbiasaan terlebih dahulu. Dan juga, sambung dia, khususnya bagi para pemula, lebih menekankan pada sketsa dan pewarnaan yang kuat.
"Untuk anak-anak remaja itu ya, lebih menekankan pada sketsa gambar dan pewarnaannya. Untuk masalah tema mungkin yang lebih mereka gandrungi saja misalnya. Penekanannya untuk saat ini bagi mereka yang pemula lebih pada sketsa dan pewarnaannya,"sebut Iyan.
Ia berpandangan, mural jangan selalu dilihat dari kacamata negatif. Karena, di era digitalisasi seperti hari ini, mural memiliki nilai perekonomiannya sendiri. Sehingga, dirinya berharap, anak-anak RT40 dapat menekuni dengan terus mengasah skill menggambarnya.
"Mural itu bukan hanya yang selama ini vandalis, dia sekarang ini lebih turun ke ranah bisnis. Jadi, selalu menekankan kepada mereka bahwa mural ini bila ditekuni bisa menjamin hidup. Karena bisa menciptkan lapangan pekerjaan sendiri bagi mereka nantinya," katanya. (J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved