Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Rajutan Benang Rutan Lhoknga Mendunia

28/4/2016 01:48
Rajutan Benang Rutan Lhoknga Mendunia
(MI/FERDIAN)

DENGAN cekatan jari-jari Ade Irawati, 33, merajut gulungan benang yang telah terurai di atas lantai.

Dengan terampil ia memasukkan helai demi helai ujung benang wol ke lubang jarum.

Kelincahannya merajut membuat Ade, inisiator penggerak kreativitas puluhan perempuan di Rutan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, bersama para penghuni rutan mampu menghasilkan produk rajutan benang bernilai ekonomi tinggi.

Bahkan produk-produk para penghuni rutan itu diminati pelanggan dari Malaysia dan Singapura.

Saat Media Indonesia mengunjungi Ade pada Senin (25/4), ia sedang menyelesaikan 20 pesanan langganan dari Malaysia dan Singapura.

"Saya mulai kembangkan produk rajutan ini pertengahan Agustus 2015. Awal mulanya saya mendorong perempuan-perempuan senasib dengan saya untuk bisa hidup lebih baik setelah keluar penjara," ujar Ade.

Awal merajut benang berawal dari anaknya.

"Anak saya punya tugas membuat kerajinan tangan. Dia kemudian mengajari saya merajut benang. Pada waktu itu saya bisa menyelesaikan sebuah tas kecil," tutur Ade sambil mengenang awal pertama membuat rajutan.

Ia kemudian mengajari teman-teman di penjara untuk membuat rajutan benang, setelah mereka tertarik melihat hasil rajutan Ade.

Dari situlah itu mulai berkembang pesat.

Para penghuni rutan pun serius menggarap rajutan benang untuk dijadikan produk kerajinan.

Modal awal untuk memproduksi kerajinan hanya Rp30 ribu untuk membeli satu bal benang wol, yang menghasilkan satu tas kecil.

Upaya yang dilakukan ibu empat anak yang dihukum dua tahun karena kasus penggelapan uang itu mendapat perhatian dari Sri Wahyuni, anggota Komunitas Rajut Indonesia di Jakarta.

"Bu Sri Wahyuni mengajarkan motif-motif baru. Kita juga diajari membuat rajut pola rantai 50 dengan aneka kreasi warna. Dulu kami cuma bisa membuat tas kecil dan dompet. Kini kami bisa membuat syal, pasmina, topi, taplak, bros, dan perlengkapan bayi. Setiap hari permintaan meningkat," ujar Ade dengan wajah semringah.

Kehadiran para perajut di Rutan Lhoknga mendapat dukungan dari kepala rutan.

Hasil rajutan mereka dipajang di rak kaca tepat di pintu rutan dengan harga bervariasi, tergantung produknya.

Seperti tas kecil dan dompet dijual dengan harga Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per buah.

Kepala Rutan Lhoknga Ridha Sari menyatakan dukungan terhadap warga binaannya.

"Sebisa mungkin kami memotivasi mereka agar tidak jenuh. Ilmu dan kreativitas selama di rutan bisa menjadi modal saat mereka kembali ke masyarakat," kata Ridha. (Ferdian Ananda/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya