Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Jembatan di Bandung Barat Roboh

Depi Gunawan
22/4/2016 02:30
Jembatan di Bandung Barat Roboh
(ANTARA)

TIGA jembatan penghubung antarkampung di Kecamatan Cililin dan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat roboh.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, tiga jembatan yang roboh itu terdapat di RT 6/RW 10, Kampung Bonceret, Desa Ranca Panggung, Kecamatan Cililin, yang memiliki panjang 15 meter, lebar 3 meter, dan tinggi dari permukaan air sungai sekitar 6 meter.

Jembatan yang kedua berada di Kampung Nangewer, Desa Cikadu, Kecamatan Sindangkerta, dan memiliki panjang 8 meter serta lebar 1 me-ter yang biasanya hanya bisa dilalui sepeda motor.

Sementara itu, jembatan ketiga berada di Kampung Pasir Eurih RT 03/RW 03 Desa Wangunsari, Kecamatan Sindangkerta.

Robohnya tiga jembatan sekaligus itu terjadi sekitar pukul 18.00 WIB saat hujan deras melanda wilayah tersebut dan menyebabkan Sungai Ciminyak meluap.

Tanah tidak bisa menahan derasnya air hujan dan aliran sungai yang berada tepat di bawah jembatan.

Agar aktivitas warga tidak terganggu, TNI dan Polri sudah berkoordinasi untuk membuat rakit sebagai alat transportasi sementara. Hal itu perlu dilakukan karena jembatan tersebut satu-satu-nya akses yang selama ini biasa digunakan warga.

“Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan terkait kejadian ini. Supaya masyarakat masih bisa melewati sungai, kami upayakan membuat rakit karena jika memutar ke jalan lain jaraknya mencapai 8 km,” ujar Kapolsek Cililin, AK Dedy T Sunarya, di lokasi kejadian.

Robohnya jembatan itu membuat kendaraan tidak bisa menyeberang.
Pihak berwajib sudah memasang garis polisi di semua jembatan agar tidak ada warga yang mendekati lokasi kejadian.

Masyarakat pun diimbau jangan memaksakan diri untuk melintasi Sungai Ciminyak karena arus air masih tinggi.


Zona merah

Sebanyak 700 kepala keluarga (KK) di Desa Sukapada, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, hidup di daerah rawan bencana alam yang telah dinyatakan sebagai zona merah.

Kepala Desa Sukapada Dudung Kamal Mustopa mengatakan ada tiga kampung yang telah dinyatakan sebagai zona merah, yakni Garadaha, Bojot, dan Citeureup yang dihuni 700 KK.

“Pergerakan tanah terjadi pada 1995, 1997, dan 1998 dan telah dinyatakan ahli geologi masuk pada zona merah karena sangat rawan bencana alam, terutama pergerakan tanah,” katanya.

Dia mengaku warga telah diimbau untuk meninggalkan lokasi itu. “Namun, mereka kembali lagi ke lokasi itu, terutama untuk membangun rumah,” katanya.

Sementara itu, warga korban tanah bergerak di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng), enggan direlokasi sehingga petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara bernegosiasi dengan mereka agar mau direlokasi.

Kepala pelaksana harian BPBD Banjarnegara Catur Subandrio mengungkapkan ada 21 keluarga korban akibat tanah bergerak itu.
Dari jumlah tersebut, ada 18 keluarga yang disiapkan untuk direlokasi, sedangkan 3 keluarga lainnya sudah pernah menjadi korban tanah longsor dan mereka menolak direlokasi. (AD/LD/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya