Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

60 Anak Korban Bencana Pasigala mulai Belajar di Sekolah Sukma Bangsa Sigi

Mitha Meinansi
06/7/2021 21:28
60 Anak Korban Bencana Pasigala mulai Belajar di Sekolah Sukma Bangsa Sigi
Siswa calon peserta didik SSB Sigi mulai menempati asrama sekolah, wajib mengikuti tes swab rapid antigen.(MI/Mitha Meinansi)

SEBANYAK 60 siswa calon peserta didik yang berasal dari anak-anak korban gempa, tsunami, dan likuifaksi pada 28 September 2018 silam, di Palu, Sigi dan Donggala, (Pasigala), Sulawesi Tengah, mulai menempuh pendidikan di Sekolah Sukma Bangsa (SSB) Sigi. Sekolah ini dibangun oleh Yayasan Media Group dari dana sumbangan masyarakat Indonesia melalui Dompet Kemanusiaan Media Group (DKMG).

Siswa yang mendapat beasiswa penuh dari Yayasan Sukma Bangsa itu, Selasa (6/7), mulai mengikuti materi pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). MPLS ini sebagai rangkaian dari proses pembelajaran di SSB Sigi, yang berada di Desa Maku, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

''Untuk proses pembelajaran sendiri, akan dimulai dari pengenalan lingkungan sekolah. Jadi hari Selasa, Rabu, Kamis, tiga hari kami MPLS. Kemudian mulai hari Jumat kita sudah masuk ke matrikulasi. Jadi ada proses matrikulasi dulu selama satu bulan, kemudian baru kita lanjut dengan proses pembelajaran regular,'' urai Nurhayati, Direktur SBB Sigi.

Baca Juga: Ujian di Sekolah Sukma Bangsa Digelar Tatap Muka

Semua siswa telah diasramakan, di mana SBB Sigi menerapkan sistem kloter (batch) dalam penjemputan dan penerimaan peserta didik untuk masuk ke asrama sekolah, pada Senin (5/7). Setiap satu jam sekali terdapat sepuluh siswa yang datang ke sekolah dari tiga kabupaten dan kota.

SSB Sigi menerapkan sistem kloter dalam penjemputan dan penerimaan peserta didik untuk masuk ke asrama sekolah. Setiap siswa yang datang hanya didampingi satu orangtua atau wali, dan terlebih dahulu menjalani tes swab rapid antigen oleh petugas medis, sebelum memasuki area sekolah.

Para siswa tersebut akan menempuh pendidikan tiga tahun, selama berada di SBB Sigi. Para siswa tersebut kesemuanya merupakan perempuan, terdiri dari 30 siswa SMP dan 30 siswa SMA. Dari jumlah tersebut, 13 di antaranya berasal dari Kota Palu, 11 siswa dari Kabupaten Donggala, sementara 36 siswa berasal dari  Kabupaten Sigi, di mana SSB didirikan.

Dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19, SSB Sigi menerapkan protokol kesehatan kepada seluruh siswa, karyawan guru dan staf pendukung, dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

''Untuk mulai proses pembelajaran di Sekolah Sukma Bangsa Sigi ini, pada dasarnya kami mengikuti surat edaran gubernur terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas di satuan pendidikan dalam status zona hijau dan kuning. Walaupun secara status zonasi kita masuk zona hijau, tetapi kita juga tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat,'' ujar Nurhayati.

Menurutnya, juga untuk mencegah penyebaran Covid-19, seluruh siswa SSB Sigi wajib tinggal di asrama dan tidak diperkenankan pulang, atau dikunjungi oleh orang lain hingga akhir semester atau pandemi berakhir. ''Karena ini sedang masa pandemi, kami punya persyaratan dan kita juga meminta orangtua untuk mengikuti kebijakan sekolah terkait dengan waktu kunjung dan waktu pulang siswa. Jadi kami tahan siswa selama satu semester sampai dengan libur semester, dan orangtua kami buat kebijakan untuk berkunjung itu, hanya sampai di pos satpam kalau ingin menitipkan makanan atau lainnya, tetapi tidak langsung bertemu dengan siswanya,'' terang Nurhayati.

Karena masa pandemi Covid-19 sedang berlangsung, SSB Sigi juga menerapkan mekanisme rombongan belajar. Di mana mengatur jumlah siswa per kelas maksimal 15 orang. Mengurangi kegiatan berkumpul, dan jika harus dilakukan, maka wajib menerapkan physical distancing, dan mematuhi protokol kesehatan secara ketat.

Pengecekan suhu tubuh dan kesehatan harus dilakukan secara berkala oleh tenaga medis sekolah dan dimonitor oleh puskesmas setempat.

Sekolah yang berada di lahan seluas kurang lebih 4 hektare tersebut, menggunakan kurikulum nasional dan kurikulum Cambridge International. Dilengkapi fasilitas pendidikan kecakapan hidup, meliputi workshop pertanian dan perkebunan, kriya kayu, perbengkelan, serta ICT dan art design.

Sementara fasilitas sekolah meliputi gedung direktorat, gedung sekolah SMP dan SMA, gedung asrama, perpustakaan, kantin, rumah dinas direktur dan kepala sekolah, serta rumah bersama, diharapkan dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang handal, terampil, dan berdaya saing. (MT/OL-10)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya