Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
PEMBALAKAN liar di beberapa kabupaten/kota di Sumatra Selatan semakin merajalela dan telah merambah ke wilayah Taman Nasional Sembilang, Banyuasin, Sumsel. Bahkan, anggota dewan diduga terlibat.
Kepala Balai TN Sembilang Syahimin mengungkapkan ada delapan jenis pohon yang menjadi incaran para pembalak liar, yaitu meranti, tembesu, kayu besi (ulin), bulian, kempas, medang, punai, dan gaharu.
Sebaran kedelapan pohon tersebut mencakup 20% total luas TN Sembilang, yang mencapai 202.896 hektare, atau sekitar 40.000 ha. Itu belum termasuk 6.000 ha yang tengah dimasukkan ke TN Sembilang.
“Meranti dan tembesu merupakan pohon yang termahal jika dirupiahkan,” sebut Syahimin, dalam rapat koordinasi membahas masalah pencurian kayu di TN Sembilang, di Sumsel, Selasa (29/3).
Meski 14 tersangka pembalakan liar sudah diproses pengadilan pada 2013, baru sembilan pelaku yang divonis. Lima di antaranya bahkan masih proses peradilan.
“Namun, mereka ini hanyalah pelaku yang tertangkap di lokasi, bukan pelaku intelektualnya,” tutur Syahimin.
Titik-titik rawan di TN Sembilang berada di perbatasan antara Sumsel dan Jambi. Ia mengakui bahwa pihaknya masih memiliki kelemahan dalam pengawasan. Saat ini, TN Sembilang hanya memiliki 23 polisi hutan. “Untuk mengawasi lebih dari 200 ribu hektare, tentu kewalahan,” pungkasnya.
Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayjen TNI Purwadi Mukson menuturkan pihaknya telah memiliki data-data terkait siapa saja yang menjadi salah satu pemodal dalam kegiatan pembalakan liar. “Ada keterlibatan anggota dewan dalam kegiatan ini,” katanya.
Selanjutnya, Gubernur Sumsel Alex Noerdin berjanji akan segera mengeluarkan surat keputusan pencegahan dan penanggulangan pembalakan liar yang diintegrasikan dengan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Kita fokus ke dua kabupaten, yakni Banyuasin dan Musi Banyuasin. Operasi akan dibantu oleh TNI dan Polri. Bupati pun harus mengeluarkan instruksi turunan dari SK, ini,” jelasnya.
Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Ditjen Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Istanto mengatakan pihaknya hanya memiliki 3.000 polisi hutan untuk mengawasi 100 juta ha hutan di Indonesia.
Sementara itu, apel siaga simulasi penanganan karhutla juga dilakukan Pemprov Kalsel, di Gunung Kayangan, Pleihari, kemarin, untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau. Pada 2015, karhutla di Kalsel mencapai lebih dari 211.000 ha dan 30% berada di dalam kawasan hutan. (DW/DY/N-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved