Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Pembangunan Bendungan Dipercepat

Akhmad Safuan
30/3/2016 00:00
Pembangunan Bendungan Dipercepat
(MI/AKHMAD SAFUAN)

UNTUK memenuhi program daulat pangan, pemerintah mulai membangun banyak bendungan untuk penyediaan air baku, penanggulangan bencana banjir, dan irigasi. Salah satunya ialah pembangunan Ben­dungan Logung di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Saat ini progres pembangunan telah mencapai 20,85% sejak dimulai pada Desember 2014. “Saya minta pembangunan Bendungan Logung ini dapat dipercepat dari rencana penyelesaian pada 2018,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Mudjiadi seusai meresmikan pengalihan aliran Sungai Logung di Kudus, Jawa Tengah, Selasa (29/3).

Proyek pembangunan Bendungan Logung yang menelan biaya Rp584 miliar itu sangat mendesak. “Selain akan meningkatkan pengairan areal sawah dari 2.600 hektare menjadi 5.300 hektare, bendungan itu mampu menyediakan air baku hingga 200 liter per detik,” ujar Mudjiadi.

Manfaat lainnya yang tak kalah penting, kata Mudjiadi, ialah bendungan itu mampu mengantisipasi bencana banjir di Pati dan Kudus akibat meluapnya Sungai Juwana dan anak Sungai Logung. Saat kemarau, air pun disimpan di bendungan tersebut. “Di masa mendatang bendungan dapat menyediakan pasokan energi listrik hingga 0,5 megawatt.”

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang ikut hadir dalam acara pengalihan air Sungai Logung mengatakan keberadaan Bendungan Logung sangat penting dan menjadi nadi u­tama daulat pangan.
Desakan pembangunan bendungan juga dilakukan Pemkab Tasikmalaya, Jawa Barat. Pemkab meminta pusat agar pembangunan bendungan Leuwikeris segera dilaksanakan.


Harga gabah turun

Pada bagian lain, di tengah musim panen rendeng, harga gabah dan beras di beberapa daerah merosot. Seperti di Purworejo dan Temanggung, Jawa Tengah, harga beras dan gabah terus menurun.

Hal serupa juga terjadi di Brebes dan Karawang, Jawa Barat. Wakil Bupati Karawang Ahmad Zamakhsyari menuding beras impor menjadi pemicu tidak stabilnya harga.

Ana, pengelola penggilingan padi di Desa Kesambi, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, menyebutkan semula harga gabah Rp4.500 per kg, kini di kisaran Rp3.600-Rp3.700 per kg. Harga beras yang semula Rp9.000 per kg kini berangsur turun menjadi Rp8.000 per kg. Bahkan ada pedagang menjual beras dengan harga Rp7.200-Rp7.500 per kg. “Turunnya harga beras membuat saya rugi. Soalnya saya membeli gabah saat masih Rp4.500.”

Bulog pun terus mengejar target penyerapan gabah dan beras petani. Di Bali dan Banyumas, Bulog menurunkan satuan kerja untuk membantu penyerapan gabah petani. Selain beras, pemerintah menggenjot produksi jagung. (Tim/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya