Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Tumbuh Baik di Masa Sulit

Bayu Anggoro
05/11/2020 03:40
Tumbuh Baik di Masa Sulit
Direktur Utama Bank bjb Yuddy Renaldi (kedua kanan) memaparkan kinerja pada triwulan III 2020 berhasil memperoleh laba bersih Rp1,2 triliun.(ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

TANTANGAN di masa pandemi mampu dilalui sejumlah perusahaan dengan mencetak kinerja baik. Salah satunya Bank BJB yang mampu terus melaju, bahkan tumbuh.

“Capaian kinerja yang kami raih menunjukkan bahwa Bank BJB memiliki daya tahan dan fleksibilitas dalam situasi pandemi. Selama triwulan III 2020, Bank BJB mampu meraih laba bersih hingga Rp1,2 triliun atau tumbuh 5,9% dari sebelumnya,” papar Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi, dalam ekspose publik di Bandung, Jawa Barat, kemarin.

Dalam tiga bulan, aset perusahaan juga terkatrol hingga 19,4% menjadi Rp147,6 triliun. Adapun penyaluran kredit tumbuh 8,7% menjadi total Rp94,6triliun.

“Capaian positif ini tidak terlepas dari bisnis model bank yang tahan dalam menghadapi dinamika perekonomian. Kami yakin pencapaian ini dapat meyakinkan masyarakat dan investor bahwa kinerja BJB di masa yang akan datang semakin baik,” tambah Yuddy.

Salah satu strategi besar yang dilakukan BJB tahun ini ialah digitalisasi layanan. Hasilnya sangat positif, karena dalam situasi pandemi, transaksi digital mampu memberi perolehan fee yang besar.

Keberhasilan ini disyukuri manajemen Bank BJB dengan memberikan bantuan ke sejumlah panti yatim piatu di sejumlah daerah. “Bantuan disalurkan serempak di seluruh jaringan kantor cabang di Tanah Air,” ujar Pemimpin Divisi Corporate Secretary Bank BJB Widi Hartoto.

Investasi meningkat

Pagebluk juga tidak membuat investor keder untuk menanamkan modalnya di Nusa Tenggara Barat. Terbukti, sampai kemarin, investasi yang masuk ke daerah ini sudah melebihi target. “NTB mendapat target investasi Rp6,5 triliun selama 2020. Sampai dua bulan menjelang tahun berakhir investasi yang masuk mencapai Rp9,2 triliun lebih,” ungkap Kepala Dinas Penanaman Modal H Mohamad Rum.

Investasi masuk ke 10 kabupaten dan kota. Investasi terbesar masuk ke Kabupaten Lombok Timur senilai Rp2,5 triliun dan Sumbawa barat Rp2 triliun lebih. Sementara itu, di ibu kota provinsi, Kota Mataram, penanaman modal asing dan dalam negeri mencapai Rp417 miliar.

Tidak hanya bisnis besar, sejumlah usaha kecil juga memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Di Yogyakarta, misalnya, bisnis tanaman tetap berkibar.

Kebon’s Agro Jogja di Kabupaten Sleman yang digeluti sejumlah anak muda ternyata lebih moncer di masa pandemi. “Sebelum pandemi, penjualan rata-rata mencapai Rp200 juta-Rp250 juta per bulan. Saat wabah justru meningkat menjadi Rp300 juta-Rp400 juta,” kata Kelik, 39, staf penjualan.

Media sosial telah menjadi jembatan bagi Fransiskus Albino Lusiana untuk menyiasati pandemi. Ia menjual kerajinan gelang gading secara daring, sehingga sanggar kerajinan miliknya di Desa Koting B, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, tetap berjalan baik.

Sementara itu, Irma Suryati, 45, disabilitas yang memberdayakan rekan-rekannya dengan membuat keset dari kain perca, mampu melalui pandemi dengan beralih memproduksi masker. “Pandemi membuat omset keset turun 50%. Setelah banting stir membuat masker, pesanan terus mengalir. Kini, 1.000-an warga terlibat dalam usaha ini di Kebumen, Banyumas, Solo, Boyolali, Magelang, dan Semarang,” ujar perempuan asal Kebumen itu. (YR/AT/GL/LD/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya