Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Unisma Malang Mendobrak Sistem Pendidikan

BN/N-3
19/8/2020 05:00
Unisma Malang Mendobrak Sistem Pendidikan
Prof Dr H Maskuri MSi, Rektor Unisma(DOK UNISMA)

UNIVERSTIAS Islam Malang (Unisma) menyambut baik ‘kebijakan kampus merdeka’. Program yang diluncurkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim itu merupakan sesuatu yang baru.

“Sebetulnya itu sudah ada sejak lama. Nomenklaturnya sudah dilaksanakan oleh beberapa perguruan tinggi di Indonesia, bahkan pondok pesantren,” ujar Rektor Unisma Prof Dr H Maskuri MSi.

Otonomi, tambahnya, telah diberikan sehingga kreativitas dari setiap perguruan tinggi, sekolah swasta, bahkan pondok pesantren sudah mengalami kemerdekaan. Sekarang tinggal dibentuk dengan kreativitas.

Menurut rektor dari kampus Nahdlatul Ulama (NU) terbesar di Indonesia ini, kon­sep ‘merdeka belajar’ mem­berikan kesempatan untuk dosen dan mahasiswa berkreativitas dan berinovasi sehingga bisa menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, unggul, dan berdaya saing global.

Salah satu langkah strate­gis yang dilakukan Unisma ialah menggulirkan Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB) dengan Forum Human Capital Indonesia (FHCI). Program ini didukung 124 BUMN, bermitra dengan BUMD, perusahaan multinasional, perusahaan teknologi global, star-up teknologi, organisasi multilateral, bahkan UMKM.

“Terbukti, program itu menjadi langkah yang luar biasa dalam mengembangkan kua­li­tas SDM,” tambah pakar ilmu pendidikan Islam itu.

Dalam menyambut ‘kampus merdeka’, Unisma melakukan perombakan kurikulum besar-besaran di seluruh prog­ram studi. Bahkan, sebelum muncul ‘merdeka belajar-kampus merdeka’, Unisma memiliki distingsi keunggulan di setiap program studi, yang memiliki unsur riset, praktikum, dan experience.

“Jalan ini sudah menghasilkan prototipe yang implikasi­nya ke penerbitan jurnal, pe­nerbitan buku, HaKI, hak cipta, dan paten,” tambah ba­pak tiga anak itu.

Prof Maskuri menambahkan dalam kurikulum yang baru, Unisma memberikan kebijakan bahwa pembelajaran tidak hanya terpusat di dalam kelas. Belajar dilakukan alam bentuk kegiatan magang kerja, proyek di desa, mengajar di sekolah, pertukaran pelajar, riset, kegiatan wirausaha dan proyek independen. “Untuk itu, mahasiswa mendapatkan 60% experience, research and development, dan 40% di dalam kelas, saat dosen menyampaikan materi sebagai fasilitator,” tandas doktor dari Universitas Brawijaya ini. (BN/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya