Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
TIGA puluh delapan orang tewas akibat banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), pertengahan Juli lalu. Apa penyebab peristiwa mengenaskan itu?
Jawaban berbeda diberikan Polda dan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan. Direktur Walhi Muhammad Al Amin mengungkapkan, berdasarkan hasil pemetaan dan kajian yang sudah dilakukan, ada dua faktor mendasar yang mengakibatkan banjir bandang. “Salah satunya ialah aktivitas pembalakan liar.”
Menurut dia, di Luwu Utara ada pembalakan hutan berskala besar. Kondisi hutan diperparah dengan adanya pembukaan lahan untuk dijadikan kawasan perkebunan kelapa sawit.
Berdasarkan analisis pada 2018-2020, ada empat lokasi pembukaan lahan secara masif di kawasan hulu yang berada di Kecamatan Masamba dan Baebunta, Luwu Utara. Kondisi itu diduga mengakibatkan bencana alam yang sudah terjadi.
Namun, tidak demikian saat pertanyaan yang sama dilontarkan kepada Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sulawesi Selatan Komisaris Besar Augustinus Berlian. “Banjir bandang Luwu Utara yang terjadi di enam kecamatan terjadi akibat faktor alam,” tegasnya.
Augustinus mengaku, berdasarkan fakta yang didapat di lapangan, keterangan saksi-saksi, cek lokasi, dan lain-lain, disimpulkan banjir bukan karena pembalakan hutan, eksploitasi hutan, dan lain-lain. “Tapi memang karena faktor alam.”
Kemarin, kejadian alam berupa ombak tinggi menyeret 7 orang yang tengah berkunjung ke Pantai Goa Cemara di Kecamatan Sanden, Bantul, DI Yogyakarta. Dua orang di antaranya ditemukan tewas. (LN/AT/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved