Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Palu dan Ternate Strategis Lihat Gerhana

02/3/2016 03:10
Palu dan Ternate Strategis Lihat Gerhana
(Ilustrasi---ANTARA)

KOTA Palu, Sulawesi Tengah, dan Kota Ternate, Maluku Utara, dianggap sebagai daerah yang paling strategis untuk menyaksikan fenomena gerhana matahari total.

“Faktor cuaca yang sempurna membuat dua wilayah ini menjadi sasaran warga asing maupun peneliti untuk datang,” kata peneliti Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Bandung Rorom Priyatikanto seusai memantau pembangunan monumen gerhana matahari total di Desa Pakuli Utara, Kabupaten Sigi, Sulteng, Selasa (01/03).

Dia menambahkan, siklus gerhana matahari total seperti ini akan terjadi lagi sekitar 375 tahun lagi. Oleh karena itu, sejumlah peneliti dari mancanegara dan di Tanah Air memanfaatkan momentum itu. Di Sulteng, gerhana matahari total akan melintasi Sigi, Parigi Moutong, Poso, Tojo Unauna, Banggai, dan Palu. Durasi gerhana hampir 3 menit.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sigi Dewi Cahya Abdullah mengatakan Sigi akan kedatangan tamu yang berasal dari beberapa negara, di antaranya Jepang, Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Jerman, dan Australia.

“Mereka itu semua astronom, tapi ada juga yang datang hanya untuk menyaksikan gerhana,” ungkap Dewi. Pemerintah Provinsi Bangka Belitung akan membagikan 10 ribu kacamata kepada warga di tiga kabupaten yang dilintasi fenomena gerhana matahari total pada 9 Maret. Gubernur Bangka Belitung Rustam Efendi di Pangkalpinang mengatakan ketiga kabupaten itu, yakni Bangka Tengah, Belitung, dan Belitung Timur. Kacamata tersebut, menurut Rustam, harus digunakan untuk melindungi retina mata masyarakat yang hendak menyaksikan gerhana matahari total. “Ini imbauan kepada masyarakat yang ingin menyaksikan gerhana, hendaknya menggunakan kacamata agar mata tidak rusak,” ujar dia.

Kepala Stasiun Geofi sika Kelas I BMKG Padang Panjang Rahmat Triyono di Padang, kemarin, mengungkapkan paparan langsung GMT bisa memicu kebutaan. “Retina mata tidak memiliki sensor sakit, sehingga saat menatap langsung, seseorang cenderung mengabaikan dan tidak menyadari mata sedang berada dalam keadaan bahaya,” ujarnya.

Untuk itu, ia mengingatkan masyarakat untuk tidak mengamati gerhana matahari total dengan mata telanjang. Cara yang paling aman ialah menggunakan alat yang telah dilengkapi fi lter khusus. “Kacamata hitam biasa, fi lm foto, fi lm rontgen bukan alat yang aman digunakan untuk melihat matahari,” jelasnya. BMKG, ujarnya, juga menyiapkan siaran langsung peristiwa gerhana itu melalui jaringan internet. (RF/TB/YH/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya