Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tetap Berkesenian walau Harus di Rumah

Ardi Teristi Hardi/N-3
30/3/2020 03:00
Tetap Berkesenian walau Harus di Rumah
Penari Keraton memperagakan tutorial Beksan Nir Corona di Keraton Yogyakarta, pekan lalu.(DOK YOUTUBE/KRATON JOGJA)

EMPAT penari laki-laki Keraton Yogyakarta tampak duduk bersila menanti alunan musik gamelan dimainkan.

Saat musik terdengar, mereka mengangkat tangan dan mulai menari dalam posisi duduk bersila. Sebelum keempat penari berdiri, empat abdi dalem dengan pakaian peranakan datang menghampiri.

Mereka jalan berjongkok dari sisi kanan dan kiri. Tiap-tiap abdi dalem membawa hand sanitizer untuk digunakan sebagai pencuci tangan para penari.

Gerak Beksan Nir Corona tersebut diunggah di akun resmi Instagram Keraton Yogyakarta, @kratonjogja.

Beksan yang dipersembahkan Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhomardowo itu merupakan ungkapan ikut berbahagia dalam merayakan ulang tahun kenaikan takhta (tingalan jumenengan dalem) ke-32 Sri Sultan Hamengku Buwono X menurut hitungan kalender Jawa.

Namun, tidak hanya itu, melalui pertunjukan tersebut  Keraton Yogyakarta juga ingin mengajak masyarakat agar tetap berkesenian dan menjaga budaya walau harus di rumah.

Terkait dengan Beksan Nir Corona, Penghageng Kawedanan Kridhomardowo, KPH Notonegoro, menuturkan tarian itu tidak bisa dikategorikan sebagai sebuah tarian lengkap. Namun, itu hanya ragam-ragam gerak yang didasarkan pada ragam gerak tari klasik gaya Keraton Yogyakarta.

Gerakan tarian yang dikoreografi abdi dalem mataya, Raden Jajar Pulung Ranggamataya, tersebut disesuaikan dengan gerakan mencuci tangan yang benar.

Pada proses penciptaannya, lanjut Kanjeng Noto, tarian tersebut mengalami satu kali revisi.

“Draf awal yang diajukan ke saya sudah cukup bagus. Saya hanya minta revisi sedikit untuk memastikan semua gerakan cuci tangan yang benar bisa masuk tarian itu,” jelas suami GKR Hayu itu  kepada Media Indonesia, kemarin.

Kanjeng Noto kemudian meminta abdi dalem mataya putri, Nyi Mas Jajar Mayongsari Mataya, agar membuat gerakan sesuai dengan versi putrinya.

Setelah revisi rampung, tarian itu disuguhkan untuk publik.

Melalui pertunjukan Beksan Nir Corona, pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat ialah pentingnya mencuci tangan sesuai dengan anjuran pemerintah yang ditunjukkan lewat gerakan tarian.

Walau para penari menyesuaikan gerakan-gerakan mencuci tangan seperti anjuran pemerintah, Beksan Nir Corona tetap berpijak pada pakem tari klasik gaya Keraton Yogyakarta.
Sebagaimana tarian jawa pada umumnya, tarian itu juga diawali dengan sembahan, kemudian dilanjutkan dengan gerakan-gerakan lainnya yang menyerupai muryani busana (memulai dengan berbusana). (Ardi Teristi Hardi/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya