Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Manik-Manik Kaca Jombang Mulai Kehilangan Kilaunya

Puput Mutiara
20/2/2016 17:17
Manik-Manik Kaca Jombang Mulai Kehilangan Kilaunya
(ANTARA/Syaiful Arif)

BERAGAM aksesoris manik seperti kalung, gelang, bros, hingga gantunan kunci nampak berkilauan di sebuah etalase dagang Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Hasil kerajinan masyarakat di Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo itu memang sudah terkenal keindahannya sejak era tahun 2000-an. Konon, daerah tersebut tempat asal manik-manik yang kini banyak ditemui seantero negeri.

"Sayangnya, orang cuma tahu manik-manik dari Toraja, Papua, NTT, ketimbang dari sini. Padahal, sejarahnya manik-manik itu berasal dari Jombang," ujar Praktisi Usaha Kesehatan Menengah (UKM) Manik-Manik Gambang Nurwakid.

Seraya menjelaskan kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PP dan PA) Yohana S Yembise saat kunjungan kerja ke Jombang, Jumat (19/2), ia pun mengaku khawatir manik-manik kaca akan semakin kehilangan pamor.

Pasalnya, jarang sekali perempuan di Jombang yang mengenakan manik-manik sebagai tanda kecintaan pada warisan budaya khas daerahnya. Berbeda dengan di Toraja, misalnya, aksesoris berbentuk bulir-bulir berwarna itu banyak dipakai oleh masyarakat setempat.

"Wajar saja kalau kita kalah brand dibandingkan daerah-daerah itu. Kalau mereka manik-manik bahkan dikenakan saat acara adat, perempuan di sini tidak," tukas dia.

Padahal, di sentra kerajinan kampung manik Jombang itu ada 111 pengrajin yang menggantungkan hidup dengan membuat aksesoris dari pecahan kaca tersebut. Sedangkan, potensi serapan tenaga kerja di sana mencapai 1.200 karyawan.

Hak berkarya

Mayoritas yang bekerja merangkai manik-manik menjadi aksesoris cantik ialah kaum hawa terutama ibu-ibu. Selain bisa menunjukkan eksistensi melalui sebuah karya, hasil kerajinan yang telah dibuat dapat dijual.

"Ibu-ibu jadi kreatif dan bisa mengerjakan itu di sekitar tempat tinggal mereka. Di samping itu tentu menghasilkan uang, sehingga bisa membantu perekonomian keluarga," tutut Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian PP dan PA Vennetia R Danes.

Menurutnya, melindungi hak-hak perempuan salah satunya lewat pemberdayaan. Dengan terbukanya peluang berkarya, berarti juga telah memberikan hak mereka untuk hidup lebih baik.

Lebih lanjut, ungkap Vennetia, aktivitas positif semacam itu dapat membangun karakter seorang perempuan menjadi lebih tangguh dan mandiri. Dengan begitu diharapkan bisa ikut berkontribusi selain untuk ekonomi keluarga juga pendapatan daerah.

"Kalau perempuannya mandiri, mereka bisa terhindar dari kekerasan yang seringkali menimpa kaum perempuan. Kia harus terus mendorong adanya upaya-upaya memberdayakan perempuan melalui kegiatan yang positif," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Aries
Berita Lainnya