Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Penemuan Candi Kuno di Brebes jadi Destinasi Wisata Baru

Suparji Rasban
28/2/2020 21:05
Penemuan Candi Kuno di Brebes jadi Destinasi Wisata Baru
(MI/Supardji Rasban)

PUING reruntuhan candi kuno ditemukan di Desa Galuh Timur, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Reruntuhan puing candi yang terdiri batu bata dan batu andesit itu kemudian dijadikan destinasi wisata baru yang banyak dikunjungi wisatawan.

Reruntuhan candi beserta arca tersebut diperkirakan merupakan peninggalan Zaman Hindu Klasik sekitar abad VII-XII Masehi. Puing bekas
bangunan kono itu ditemukan di kawasan hutan milik Perhutani.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwitata Kabupaten Brebes, Wijanarto, menyebut temuan berawal dari kegiatan inventarisasi bukti sejarah desa yang melibatkan aparat desa dan petugas perhutani serta masyarakat. "Mereka kemudian mendapat laporan dari warga bahwa ada puing bangunan kuno," ujar Wijanarto, Jumat (20/2).

Wijanarto menyampaikan selain puing bangunan candi, di lokasi yang sama ditemukan pula dua arca Dwarapala yang terpenggal kepalanya dan bekas sumur berbentuk segi empat. "Bahan dasar bangunan candi itu terbuat dari batu bata merah bukan batu andesit. Sedangkan arca Dwarapala yang ditemukan terbuat dari batu andesit," terang Wijanarto.

Menurut dia, penemuan reruntuhan candi kuno pada Juni 2018 tersebut menunjukkan peta kekuasaan Hindu Klasik di wilayah Jawa Tengah
bagian selatan, yang kemungkinan mempertautkan dengan pengaruh kerajaan di wilayah Pasundan seperti Kerajaan Galuh. "Pengaruh dari wilayah Jawa Barat bagian selatan sampai Jawa Tengah bagian selatan, yakni wilayah Banyumas," jelas dia.

Pelestari cagar budaya Desa Galuh Timur, Kecamatan Tonjong, Brebes, Husni Mubarok, menuturkan dua candi yang terpenggal kepalanya konon gegara tidak disetujuinya percintaan antara dua sejoli, yakni patih dari Kerajaan Majapahit, Pangeran Brawijaya II dengan putri Kerajaan Pajajaran, Ayu Diah Pitaloka, lantaran dianggap hanya sebagai upeti.

"Versi lain itu hanya salah penafsiran karena sejatinya Diah Ayu Pitaloka yang akan menikah dengan Brawijaya II, bukan sebagai upeti tapi murni cinta. Karena kesal ayah Ayu Diah Pitaloka kemudian memenggal kepala kedua sejoli tersebut. Tapi penggalan kedua kepala arca itu hingga kini belum ditemukan," ucap Husni. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya