Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Ritual Tiban Agar Hujan Turun

Usman Afandi
22/10/2019 12:58
Ritual Tiban Agar Hujan Turun
Dua orang saling mencambuk dalam rangka ritual Tiban untuk memanggil hujan.(Antara)

MUSIM kemarau yang cukup panjang membuat ratusan warga di Dusun Kerjaan, Desa Plampangrejo kecamatan Cluring Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar tradisi ritual adat Tiban. Acara ritual yang digelar hampir 1 bulan penuh itu, melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik Petani, Pemerintah Desa, maupun forum kerukunan umat beragama (FKUB), mereka semua ikut terlibat.

"Ritual ini kami gelar baru pertama di desa kami. Karena musim kemarau sangat parah, maka kami sepakat menggelar ritual itu," kata Zamroni Suherman, 60 tokoh masyarakat desa setempat kepada Media Indonesia, Selasa (22/10).

Ritual yang digelar pada saat musim kemarau ini, menjadi upaya masyarakat di Dusun Kerjaan untuk memanggil hujan. Ritual Tiban ini, menurut Zamroni merupakan tradisi adat nenek moyang yang telah dilakukan turun temurun.

"Berhubung desa kami jarang kesulitan air untuk mengaliri sawah. Pelestarian adat Tiban ini jarang digelar," ungkapnya.

Adanya ritual Tiban ini generasi penerus Dusun Kerjaan bisa meneruskan dan merawat tradisi itu. Dengan menggunakan cambuk yang terbuat dari lilitan lidi dari pohon aren dianyam sedemikian rupa. Seperti cambuk kuda lumping. Kemudian ada dua orang berusia muda dan tua saling beradu cambuk.

Dalam ritual adat Tiban, jika ingin beradu cambuk maka, peraturannya harus melepaskan baju terlebih dahulu. Serta tidak boleh mencambuk bagian vital seperti kepala dan kemaluan.

Sedangkan saat di dalam arena Tiban,  mereka berdua didampingi tokoh sesepuh. Dua orang yang saling mencambuk ini diberi jatah beberapa kali mencambuk lawan sampai tokoh sesepuh menghentikannya.

Dari pantauan Media Indonesia, terlihat beberapa dari mereka ada yang terluka akibat terkena cambukan dari lawan. Kkendati demikian mereka tidak menghiraukan, namun malah saling tersenyum, dan mengakhiri dengan pelukan.

"Mereka murni tidak memakai susuk maupun sikap kekebalan tubuh, tapi mereka secara sadar dan tanpa ada rasa dendam," terang Zamroni.

baca juga: Gubernur Babel Dukung Presiden Pangkas Eselon

Ritual Tiban ini dilaksanakan karena banyak lahan pertanian mengalami gagal panen. Seperti jeruk, buah naga gagal panen karena tidak ada air. Demikian juga dengan tanaman padi yang dibiarkan mengering. Masyarakat berharap dengan digelarnya ritual adat Tiban ini, hujan segera turun. Lahan pertanian mereka bisa mendapatkan pasokan air. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik