Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
KAMPUNG Bayang Janiah, Desa Koto Ranah, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, berusaha lepas dari belenggu keterbelakangan. Seiring adanya gelontoran dana desa, kampung berpenduduk 48 keluarga itu segera bebas dari keterbelakangan dengan jurus pembangunan infrastruktur.
Pembangunan insfrasruktur menjadi urat nadi perekonomian masyarakat kampung itu. Hal itu karena keterbatasan sarana lalu lintas selama ini menjadi salah satu kendala serius yang mengakibatkan lambannya proses pembangunan.
Oleh karena itu, dengan memanfaatkan dana desa, saat ini tengah dikerjakan pembangunan peningkatan status jalan sepanjang 5 kilometer di kampung tersebut. Sebuah jembatan juga melengkapi jalan tersebut dana dapat dilintasi kendaraan.
"Selama ini masyarakat Kampung Bayang Janiah yang ingin menuju ibu kota Kecamatan Bayang Utara di Asam Kumbang dengan terpaksa harus berjalan kaki dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Kondisi jalan yang dilalui hanya jalan setapak menyusuri lereng perbukitan terjal dan rawan kecelakaan," kata Kepala Desa Koto Ranah Asrizal, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, keterbatasan sarana perhubungan itu memicu tingginya biaya transportasi untuk mengangkut hasil bumi ke ibu kota kecamatan maupun ke kabupaten. Pasalnya, hasil bumi harus diangkut dengan tenaga manusia.
Asrizal menjelaskan, dana desa yang dialokasikan untuk Desa Koto Ranah setiap tahun mencapai Rp1,2 miliar lebih. Selain untuk pembangunan fisik, dana itu juga digunakan untuk pemberdayaan masyarakat.
Kampung Bayang Janiah, ujarnya, berpotensi menjadi daerah wisata jembatan akar. Meski ukuran jembatan akar Kampung Bayang Janiah lebih pendek bila dibandingkan dengan jembatan akar di Desa Puluik-Puluik, Kecamatan Bayang Utara, tidak kalah unik.
Komoditas unggulan lainnya dari sektor perkebunan, antara lain kemiri, casiavera, cokelat, dan kopi. "Dengan adanya sarana perhubungan yang memadai, sangat membantu meringankan beban masyarakat. Setidaknya, menekan biaya transportasi lebih murah sehingga ekonomi masyarakat akan tumbuh," imbuhnya.
Ia juga mengakui, Kampung Bayang Janiah sulit berhubungan dengan dunia luar. Sampai saat ini masyarakat belum bisa berkomunikasi menggunakan alat teknologi, seperti ponsel dan internet, lantaran jaringannya belum tersedia. Mereka berharap perhatian pemerintah agar bebas dari belenggu isolasi.
Usaha desa
Sementara itu, badan usaha milik desa Nangkod di Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, mengembangkan lima unit usaha setelah mendapat kucuran dana desa senilai Rp150 juta. Kelima unit usaha tersebut ialah pengelolaan air bersih, pembuatan pupuk organik, perkebunan buah, peternakan kambing dan sapi, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pengelolaan produk makanan ringan.
Kismo, Direktur Badan Usaha Milik Desa Al Falah, Desa Nangkod, mengatakan, setelah ada kucuran dana pada Mei 2018, pihaknya langsung membentuk lima unit usaha. (LD/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved