Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
I Wayan Sumardana, biasa disapa Tawan, mendadak terkenal. Padahal, dia hanya seorang pekerja bengkel las di Jalan Gusti Ngurah Tenganan, Desa Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali.
Berawal dari tangan kirinya yang lumpuh akibat stroke, Tawan lalu membuat tangan robot hasil kreasinya agar dia bisa bekerja sebagai tukang las besi. Bahan-bahannya pun cuma dari rongsokan. Dengan modal alat sensor di kepala dan komponen komputer, Sumardana kini bisa bekerja secara normal.
Menurut Tawan, kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan mendorong dirinya untuk membuat alat yang mampu menggerakkan tangannya kembali. Tujuannya hanya satu, yaitu agar dapur bapak tiga anak itu tetap mengepul.
Ia mengaku apa yang dilakukannya itu berbekal ilmu yang didapatnya di SMK di Denpasar. Ia memodifikasi tubuhnya yang mengalami kelumpuhan menjadi manusia biotik.
"Terserah apa kata orang tentang hasil kreasi saya ini. Yang terpenting saya bisa bekerja dan bisa mendapatkan penghasilan dari pekerjaan buat anak dan istri saya. Saya merakitnya dengan apa yang saya yakini lewat sensor di kepala. Sensor itu saya beli setelah melihat di internet dengan harga Rp4,7 juta dari Amerika. Terbukti bisa bekerja optimal," ujarnya optimistis.
Alat sensor yang dipasang di kepala itu akan mengalirkan arah gerak ke tangan kirinya melalui alat yang dipasang di punggung dan tangan kirinya. Semua alat yang digunakannya ialah barang rongsokan semasa ia menjadi pemulung. Hanya alat di kepala yang dibelinya dalam kondisi baru.
Tak hanya itu, satu unit CPU komputer pun dipasang di bagian belakang tubuhnya sebagai penggerak dari sensor di kepala. "Kondisi saya lumpuh tangan kiri. Bekerja las tidak bisa. Tangan yang stroke tidak bisa bergerak. Ketika sensor otak saya pasang, dihubungkan ke tangan, ternyata bisa bergerak," ujarnya.
Tawan mengaku telah mengidap kelumpuhan pada tangan kirinya sejak enam bulan lalu. Namun, ia tak putus asa dengan penyakit yang diidapnya. Ia tetap ingin melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang las.
Dengan latar belakang sekolah teknik, Tawan merancang alat yang mirip dengan EEG (alat perekam otak) melalui sensor. Alat yang dibeli dari Amerika itu ialah sensor tenaga di otak. Alat itu berfungsi sebagai penangkap dan pembagi. Ada juga dron, elektroda, dan lainnya. Posisi alat itu ditempel di kepala sebagai penangkap sinyal, alpa, delta, nata, dan eta. Sensor yang diterima itu kemudian dikirim melalui tuning potensio, sensor ultasonik, sensor inframerah, dan sensor jumlah putaran dinamo. Tuning potensio merupakan rangkaian pengolah masukan dan keluaran microcontroller. Sensor ultrasonik, inframerah, dan sensor jumlah putaran dinamo merupakan rangkaian penguat hasil (power). Ada pula baterai litiumoin. Ada pula electro encephalo graphy (EEG). Semua itu tersambung ke dinamo.
"Kalau dayanya lemah, maka harus di-charge. Biasanya malam, pukul 00.00 Wita hingga 07.00. Ketahanannya tergantung beban pekerjaan," ungkapnya, kemarin.
Kini Tawan yang tubuhnya dipenuhi alat-alat elektronik sudah bisa kembali bekerja normal. Order las dan pembuatan bahan-bahan dari besi pun mengalir deras untuknya. (Arnoldus Dhae/N-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved