Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
DESA Koja Doi, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, pantas bersyukur. Desa yang berada di gugusan pulau yang mengitari perairan teluk Maumere ini menyertakan dana desa untuk mengembangkan pariwisata.
Melalui penyertaan modal dari dana desa, kini Desa Koja Doi siap meraup PADes yang besar.
Kepala Desa Koja Doi, Hanawi, yakin wilayahnya cocok untuk dikembangkan menjadi desa pariwisata.
"Kami punya keindahan Teluk Maumere di sini. Kita juga punya mangrove, terumbu karang yang indah, teluk, jalur trekking, lingkungan yang bagus dan tentu saja masyarakatnya juga," tutur Hanawi di kediamannya di Koja Doi, Rabu (11/9).
Hanawi menuturkan nama Koja Doi sudah cukup terkenal dengan beberapa keunikannya seperti Bukit Batu Purba yang berada di sisi utara perkampungan. Bukit batu ini sering dikunjungi wisatawan untuk sekadar mengabadikan momen dengan latar belakang perkampungan dan eloknya biru laut.
"Kita juga punya jembatan batu yang sudah dibangun sejak tahun 1979. Jembatan ini panjangnya 680 meter, menghubungkan Pulau Koja Doi dan Pulau Besar. Ini langka. Keunikan lainnya juga adalah Pulau Koja Doi ini mirip janin bayi kalau dilihat dari lereng bukit di Pulau Besar," tutur Hanawi.
Beragamnya potensi pariwisata di Desa Koja Doi memantik semangat pihak desa untuk serius mengelola pariwisata. Pengembangan potensi istimewa ini menemui titik terang dengan bergulirnya dana desa. Langkah awal yang sedang mereka godok adalah penguatan kapasitas sumber daya manusia.
"Kita siapkan orang-orang muda, ibu-ibu penenun dan dasawisma. Kita juga rencanakan mengirim anak-anak muda untuk studi banding tentang pengelolaan pariwisata yang baik," beber Hanawi.
Selain penguatan SDM, secara teknis Desa Koja Doi menyertakan modal kepada Bumdes dengan nama Bumdes Monianse yang memiliki perhatian khusus untuk mengembangkan pariwisata desa di samping beberapa unit kerja lainnya.
Tahun 2017 lalu, pihak desa mulai mengintervensi dana desa untuk penataan Bukit Batu Purba. Tingginya perhatian desa terhadap pengelolaan pariwisata di Koja Doi, bagi Manajer Bumdes Monianse, M Salihun, menjadi angin segar bagi usaha Bumdes.
Sejauh ini, Bumdes Monianse bersama Pokdarwis getol memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya keterlibatan masyarakat dalam memajukan pariwisata. Salihun menyampaikan empat kegiatan Bumdes Monianse desa Koja Doi, pariwisata, perdagangan, perikanan dan pelayanan.
"Kami baru mendapat penyertaan modal awal Rp50 juta dari dana desa, sehingga kita baru bergerak di sektor pariwisata, kita bentuk lagi pokdarwis," ungkapnya.
Salihun menyampaikan Bumdes juga memfasilitasi masyarakat sehingga beberapa rumah dijadikan homestay dan menggelar kegiatan penataan lingkungan.
Bumdes Menata Terumbu Karang
Salihun menambahkan masyarakat harus dilibatkan dalam pengelolaan pariwisata.
"Mereka bukan penonton. Kita ubah kebijakan, jadikan masyarakat sebagai pelaku. Luar biasanya, masyarakat paham dan tidak ada kendala yang besar," tuturnya.
Salihun menceritakan, sebelum Bumdes ada, geliat membangun pariwisata di Desa Koja Doi sudah dimulai sekitar tahun 2001, pihak desa bersama masyarakat memulai kegiatan konservasi dengan melakukan transplantasi terumbu karang di laut sekitar Pulau Koja Doi.
"Dulu masyarakat rajin bom ikan. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Kita sudah sadar. Kalau bom, ikan akan mati semua. Sekarang ikan sudah banyak karena rumah mereka sudah ada," tukasnya.
Baca juga:Atasi Krisis Air, DPRD NTT Minta Pemerintah Bangun Waduk
Hal ini benar adanya, wilayah perairan di sekitar Pulau Koja Doi dipenuhi terumbu karang dengan jenis yang bervariasi. Terumbu karang dengan ukuran besar akan muncul ke permukaan saat air laut surut. Nampak juga biota laut terutama ikan hidup aman dalam pelukan terumbu karang.
Bumdes Monianse, jelas Salihun, sejauh ini berusaha menyusun satu paket pariwisata yang ramah lingkungan atau yang familiar diaebut dengan istilah ekowisata. Setiap tamu diajak untuk ikut merawat identitas Teluk Maumere sebagai taman wisata bawah laut. Aktivitasnya melalui kegiatan tranplantasi terumbu karang dan penanaman mangrove.
La Mane Untu, selaku tokoh masyarakat Koja Doi, sangat antusias dengan langkah pemerintah desa membangun desa pariwisata. Baginya, ikon desa pariwisata akan menjadi sumber penghasilan baru bagi desa.
Kendati demikian, La Untu berharap agar pariwisata tidak boleh memudarkan identitas orang Koja Doi. Adat istiadat tidak boleh luntur karena pariwisata.
"Setiap tamu atau turis yang datang harus ikut adat-istiadat kita," tandas La Untu.
Berkat kegigihannya membangun sektor pariwisata, Desa Koja Doi kini menghasilkan PADes puluhan juta rupiah per tahun. Kini, target PADes pun dinaikkan.(OL-5).
DATA Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan total luas terumbu karang di Indonesia mencapai 2,5 juta hektar. Namun, sekitar 70% atau 1,75 juta hektar dalam kondisi rusak
SUNGAI Landak di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, dikenal karena keindahan alamnya yang juga menjadi daya tarik wisata. Air sungainya yang bersih menjadi magnet tersendiri.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki Nyaru Menteng sudah layak untuk menjadi destinasi wisata di kancah nasional.
Kampung Wisata Adat Malasigi binaan Pertamina EP Papua Field, Zona 14 Regional Indonesia Timur, berhasil meraih juara 1 Desa Wisata Rintisan dalam ADWI 2024.
Sejak 2019, PT Pertamina EP Sanga Sanga Field Bersama masyarakat Desa Kampung Lama dan Kuala Samboja melakukan upaya perlindungan habitat hewan endemik asal Kalimantan, yakni Bekantan.
Pengembangan ekowisata Danau Shuji, di Desa Lembak, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan, berbuah manis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved