Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Lestarikan Budaya, Buleleng Gelar Bulfest 2019

Antara
06/8/2019 17:15
Lestarikan Budaya, Buleleng Gelar Bulfest 2019
PEMERINTAH Kabupaten Buleleng kembali akan menggelar ajang festival bergengsi, Buleleng Festival (Bulfest).(ist)

PEMERINTAH Kabupaten Buleleng kembali akan menggelar ajang festival bergengsi, Buleleng Festival (Bulfest). Sejumlah kesenian tradisional khas Buleleng kembali dibangkitkan dan ditampilkan dalam festival tahunan yang akan digelar untuk yang ketujuh kalinya itu.

Salah satu yang unik dalam penampilan kesenian nantinya adalah setiap parade gong kebyar wajib menggunakan “Gong Pacek”, sebagai perangkat kesenian asli Buleleng.
 
Kepala Dinas Kebudayaan Kab.Buleleng Gede Komang mengungkapkan, momentum Bulfest tahun ini akan dijadikan ajang untuk mengembalikan kejayaan Gong Pacek yang merupakan warisan kesenian dari Buleleng.  Sehingga, dalam setiap penampilan kesenian pada gelaran Bufest ini, peserta dilarang menggunakan “Gong Gantung”.
 
“Dari saat  ini kami memang harus berusaha mengembalikan kebangkitan Gong Pacek, sebagai warisan leluhur kita (di Buleleng). Jadi Saya tidak mau para seniman di Buleleng meniru-niru gong yang ada di daerah lain,” ungkap Gede Komang di Singaraja, Selasa (6/8).
 
Masih kata Gede Komang, selain wajib menggunakan Gong Pacek sebagai perangkat kesenian khas Buleleng, pada Bulfest ke-7 ini juga akan menampilkan kolaborasi kesenian tradisional Gong Kebyar Dauh Enjung-Dangin Enjung. Ditampilkan dengan konsep mebarung, gong kebyar Dauh Enjung – Dangin Enjung ini akan mengiringi tarian khas  dari dua sisi daerah budaya tersebut.
 
Dari Dangin Enjung terdapat nama besar pengawi kesenian antara lain Gde Manik dan Pan Wandres. Adapun kesenian hasil garapan Dangin Enjung antara lain Tari Terunajaya, Tari  Legong Kekebyaran, dan Tari Cenderawasih. Sedangkan di Dauh Enjung ada nama besar Ketut Mardana dan I Putu Sumiasa, dengan garapan seni antara lain Tari Wiranjaya, Tari Merpati, dan Tari Nelayan khas Buleleng.
 
“Jadi kami ingin mengembalikan (kesenian) yang asli. Bapak Bupati juga mempunyai harapan yang sama, sehingga antara kesenian tradisional dengan modern (musik, band) bisa tampil seimbang dalam Bulfest,” tambah mantan Kadis Sosial Kab.Buleleng ini.
 
Pada acara pembukaan Bulfest ke-7 nanti kembali akan ditammpilkan tarian masal, yaitu tari Panyembrama, sebagai tari penyambutan. Sebanyak 500 orang penari yang dibawakan oleh remaja putrid dari berbagai desa di Buleleng akan menarikan tarian peyambutan tersebut. Dipilihnya tari Panyembrama ini mengingat tarian ini sudah menjadi tarian tradisional universal khas Bali, dan secara khusus digunakan untuk menyambut tamu.
 
Adapun perbedaan lain dalam gelaran Bulfest yang berlangsung pada 6 sampai 10 Agustus itu yaitu diberikannya kesempatan kesenian luar daerah Bali untuk tampil pada panggung utama. Kesenian itu adalah tarian khas etnis Medan, Sumatera Utara, yang direncanakan tampil pada malam kedua Bulfest. Tampilnya kesenian dari luar daerah Bali inipun dianggap sebagai apreasiasi dan pengakuan atas pelaksanaan Bulfest yang sudah masuk Calendar Of Event Kementerian Pariwisata RI.  (Ant/A-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik