Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Kondisi Politik Pengaruhi Ketahanan Energi

Haryanto
09/7/2019 18:45
Kondisi Politik Pengaruhi Ketahanan Energi
Mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro(Antara)

KONDISI politik dan keamanan menjadi faktor yang sangat memengaruhi dan terkait ketahanan energi di dunia.

"Politik dan keamanan merupakan sumber konflik dan sangat berpengaruh pada ketahanan energi dunia," mantan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan hal itu dalam seminar bertema Implementasi Rencana Umum Energi Daerah untuk Ketahanan Energi yang Berkelanjutkan di Uninersitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, Selasa (9/7).

Dia mencontohkan, konflik di Malaysia dan Brunei terhadap minyak atau konflik Laut China Selatan dan konflik lainnya sering tumpang tindih dengan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.

"Pada periode 2030-2040 pemakaian energi fosil masih sangat dominan. Hal itu membuat tingkat ketergantungan terhadap energi fosil makin tinggi. Jadi perlu energi alternatif," kata Purmomo.*

Oleh karena itu, mantan Menteri Pertahanan itu menambahkan, pada 2045 Indonesia diharapkan sudah berbasis pada nilai tambah (value added) untuk mengejar hal  tersebut diperlukan sumber  daya yang tidak kecil. Sementara Indonesia juga diharapkan dapat mengurangi penggunaan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui.

"Indonesia dituntut untuk mampu menghadirkan dan menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT). Kecenderungan penggunaan energi ke depan adalah pemberian ruang yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengelola konsumsi dan memasok sumber energi," tukasnya.

Berdasarkan Undang-Undang No.30/2007 tentang Energi pemerintah wajib membuat Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), sedangkan pemerintah daerah diminta untuk membuat Rencana Umum Energi Daerah (RUED) yang merupakan penjabaran dari RUEN.

Baca juga: Sekjen PBB Serukan Pencabutan Subsidi Energi Fosil

Dewan Energi Nasional (DEN) telah menetapkan bauran energi primer, minyak bumi 25%, gas bumi 22%, batu bara 30%, dan EBT 23%. Target ini tentu membutuhkan infrastruktur listrik yang terus menerus dan berkesinambungan. Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) telah dipatok untuk tidak lebih dari 25% pada 2025.

Pengamat geologi Surono akan mengemukakan kondisi geologi di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah yang terdapat banyak patahan sehingga sangat berbahaya bila Indonesia membangun dan mengembangkan energi nuklir. (X-15)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya