Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
TIGA kabupaten di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai membahas pengendalian malaria lintas batas. Salah satu tujuannya mengejar target percepatan eliminasi malaria di NTT pada 2023, dan eliminasi malaria nasional pada 2030. Pertemuan melibatkan Tim Eliminasi Malaria Dinas Kesehatan NTT dan Dinas Kesehatan Sikka, serta kepala dinas kesehatan dan kepala puskemas dari dua kabupaten tetangga yakni Ende dan Flores Timur.
Pengendalian malaria lintas batas ini sangat penting. Sebab adanya nyamuk penular malaria dan tempat perindukannya di perbatasan dan terinfeksi parasit malaria sehingga menimbulkan kesakitan. Serta penularan malaria di sepanjang daerah perbatasan tersebut.
Selain itu, adanya migrasi penduduk yang membawa parasit malaria melintasi perbatasan, menimbulkan kesakitan. Dan penularan baru di wilayah yang tersedia nyamuk penularnya.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan NTT, dr Theresia Sarlyn Ralo mengatakan pertemuan tersebut juga bertujuan mempersiapkan kabupaten Sikka memasuki tahap pra eliminasi malaria dan pra penilaian eliminasi malaria pada 2020.
"Pada 2021 tidak boleh ada lagi kasus penularan malaria lokal (indigenous) di Sikka, Ende dan Flores Timur. Kalau masih ada, berarti bukan datang dari tiga kabupaten itu," ujarnya saat berbicara dalam Kegiatan Koordinasi Lintas Batas Program Malaria dan Persiapan Pra-Penilaian Eliminasi Malaria Sikka yang digelar di Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Rabu (19/6).
Oleh karena itu, dia minta petugas kesehatan melakukan penyelidikan epidemologi secara benar. Selain itu, jika masih ditemukan penderita malaria, petugas kesehatan setempat harus mencari tahu asal penyakit tersebut untuk selanjutnya diblokir agar tidak berkembang.
"Seluruh suspect malaria harus diiperiksa secara laboratorium," tambahnya.
Selain itu untuk mencegah penularan malaria dari daerah lain, seluruh orang yang baru kembali dari daerah endemis malaria seperti Papua, diwajibkan skrining (diperiksa). Dari data yang ada, banyak penderita malaria di Sikka diketahui baru kembali dari daerah endemis malaria seperti Papua.
Kepala Dinas Kesehatan Sikka dokter Maria Bernadina Sada Nenu menyebutkan pengendalian malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
baca juga: Indonesia Ajak Negara Asia Timur Kolaborasi Lindungi Laut
Kepala Seksi Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Joyce Tibuludji mengatakan jika sudah ada koordinasi lintas batas antarkabupaten, dapat mencegah terjadinyab penularan malaria terutama yang berasal dari luar daerah. Serta menemukan penderita malaria secara dini yang datang dari daerah endemis
mlaria
"Oleh karena itu, dalam rangka menyiapkan Sikka memasuki tahap eliminasi. Dan pra penilaian eliminasi pada 2020, dibutuhkan pertemuan koordinasi lintas batas program malaria dan persiapan penilaian eliminasi malaria Sikka," ujarnya.
Adapun di NTT masih empat kabupaten daerah endemis tinggi malaria yakni Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur. Prosentase kasus malaria di empat kabupaten tersebut 76% atau 13.809 kasus dari 18.053 kasua malaria di NTT. (OL-3)
Obat malaria pertama yang diformulasikan khusus untuk bayi dan balita telah resmi disetujui untuk digunakan.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Meskipun tantangan terbesar berada di kawasan Afrika, kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia tidak boleh lengah.
Presiden RI ke-6 itu juga menyoroti wilayah Papua yang masih menyumbang 93% dari beban malaria nasional, dan menekankan pentingnya komitmen lintas pemerintahan.
MALARIA menjadi tantangan kesehatan di Indonesia, terutama di wilayah endemis. Malaria berkembang dari gejala ringan menjadi kondisi yang sangat serius
Beberapa penyakit kuno seperti Rabies, Trakoma, Kusta, TBC, dan Malaria masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved