Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Biayai Kuliah dari Budi Daya Lalat

(Liliek Dharmawan/N-2)
23/4/2019 03:00
Biayai Kuliah dari Budi Daya Lalat
Seorang warga melakukan pengecekan kandang budidaya tentara lalat hitam atau black soldier fly (BSF) di Dusun Larangan(MI/LILIEK DHARMAWAN)

TIGA remaja dari Dusun Larangan, Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, begitu bahagia. Anak-anak kampung di pinggiran hutan itu tidak menyangka bisa melanjutkan kuliah tahun ini. Ketiganya bakal menjadi mahasiswa di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto, yakni Latief, Saebani, dan Rianto. Ketiganya merupakan tamatan dari Sekolah Kader Brilian, Banyumas.

“Kalau sudah ada niat, ternyata ada jalan. Tiga anak dari Sekolah Kader Brilian itu dikuliahkan dengan menyisihkan dari penghasilan budi daya tentara lalat hitam atau black soldier fly (BSF),” ungkap Muhammad Adib, inisiator Sekolah Kader Brilian yang juga pendamping warga pembudi daya BSF kepada Media Indonesia pekan lalu.

Sebelum ada budi daya BSF, dirinya mengaku kebingungan mengenai dana kuliah untuk anak-anak yang telah lulus SLTA. Kebetulan sejak November 2018 lalu, bersama dengan masyarakat di Dusun Larangan, Desa Sokawera, dia mulai membudidayakan BSF. Hasilnya cukup lumayan. Bahkan, kini tidak hanya kelompok saja yang membudidayakan, tetapi juga warga secara pribadi. “Kini ada kepastian bagi ketiga anak tersebut untuk kuliah dari budi daya BSF ini,” ungkap Adib.

Kini Dusun Larangan menyandang nama Kampung Laler sebab hampir di setiap rumah ada BSF. Ketua Pengurus Kampung Lalat Sarikat Buruh Muslimin Indonesia Sutarno mengatakan, sejak November tahun lalu hingga kini, sudah ada 23 keluarga yang membudidayakan di teras rumahnya. “Kalau kelompok, kini telah memiliki dua kandang besar. Dari kandang besar inilah, ada pembagian penghasilan. Kalau untuk budi daya secara pribadi, keuntungan diambil warga semuanya,” ujar Sutarno.

Ia mengatakan pihaknya terus mengembangkan budi daya BSF untuk warga lainnya  sebab mudah dan panenan tidak hanya pada saat lalat bertelur, tetapi juga ketika fase larva atau maggot. Telurnya setiap gram mencapai Rp10 ribu dan fase maggot dibanderol Rp7 ribu/kg. Untuk larva, biasanya untuk pakan ikan. “Kami telah mencoba untuk melakukan pengeringan dan dibungkus plastik dengan harga jual Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per 100 gram,” jelasnya.

Sementara itu, pengelola kandang kelompok, Nasihin, mengungkapkan luas kandang milik kelompok 2 meter x 5 meter. Satu kandang menghasilkan 50 gram telur/harinya. Dengan harga Rp10 ribu/gram, penghasilan Rp500 ribu/hari. Pendapatan itu dibagi tiga, yakni untuk kelompok Kampung Laler 50%, mitra 30%, dan untuk biaya kuliah serta pendidikan 20%.

“Hitung-hitungan semacam itu sudah disepakati bersama. Karena ini merupakan usaha sosial yang penghasilannya dinikmati secara bersama-sama,” ujarnya. Budi daya ini menjadi solusi penanganan sampah organik. Dari sampah yang diurai larva tersebut, ternyata dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik. (Liliek Dharmawan/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya