Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Bukan Helipad Komersial di Subak

(RS/N-2)
17/4/2019 22:45
Bukan Helipad Komersial di Subak
Lanskap terasiring sawah di kawasan objek wisata Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali(ANTARA FOTO/Wira Suryantala)

PENGELOLA Warisan Budaya Dunia (WBD) yang sekaligus Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih di Tabanan Bali membantah ada fasilitas helipad di kawasan persawahan tersebut. Yang ada ialah ‘titik kumpul’ (central point) bagi pengunjung, untuk memberi penjelasan tentang Jatiluwih itu sendiri.

“Yang dibilang helipad itu sebenarnya central point atau titik kumpul bagi pengunjung untuk dalam memberi penjelasan tentang Jatiluwih. Jadi tidak ada helipad yang dikomersialkan,” ujar Manajer WBD Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa saat dikonfirmasi terkait dengan adanya ancaman dicabutnya status WBD untuk Jatiluwih, Rabu (17/4).

Selain itu, kata Sutirtayasa, fasilitas tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk kondisi-kondisi darurat terkait dengan wisatawan. Mengingat kawasan Jatiluwih berada di kaki Gunung Batukaru yang cukup jauh dari fasilitas strategis­, seperti rumah sakit. Jadi hanya untuk heli Basarnas atau tanggap darurat.

Diakui Sutirtayasa, beberapa waktu lalu fasilitas tersebut pernah digunakan pendaratan­ helikopter saat diselenggarakan festival. Namun, itu hanya sekali dan tidak ada komersialissi.

Justru yang menjadi masalah, menurut dia, adanya kecenderungan terjadinya penyusutan lahan persawahan atau pengalihfungsian lahan persawahan. Dari 305 hektare (ha) yang didata UNESCO, kini sawah produktif berkurang tinggal 227 ha saja.

Penyebabnya beragam, mulai masalah kesulitan air dan perkembangan penduduk yang memerlukan lahan perumahan. Terkait dengan hal ini, Sutirtayasa ingin sekali mendapatkan pemahaman sekaligus solusi serta bantuan dari pemerintah pusat sehingga tidak dituntut untuk mempertahankan saja.

“Saya sudah beberapa kali ajukan proposal ke pusat tapi belum ada respons termasuk belum ada anggaran,” ujarnya.

Saat ini jumlah kunjungan wisatawan ke kawasan itu rata-rata 500 orang per hari yang 80%-nya dari mancanegara. Meningkatnya jumlah kunjungan tersebut dinilai sejalan dengan meningkatnya kunjungan ke Bali pada umumnya seperti objek-objek wisata lainnya, dalam arti tidak semata-mata karena menyandang predikat WBD.

Sebagaimana diketahui, Subak merupakan organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah (irigasi) yang digunakan dalam bercocok tanam padi di Bali. UNESCO menetapkan subak sebagai warisan dunia pada 2012.

Saat ini Indonesia memiliki 16 warisan dunia yang terdiri atas 4 warisan budaya, 4 warisan alam, dan 8 warisan budaya tak benda. Indonesia juga tengah mengusulkan agar situs pertambangan batu bara Sawahlunto, Sumbar, menjadi warisan dunia. (RS/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya