Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
WARGA Situjuah, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat, kemarin dini hari, dikejutkan dengan banjir bandang. Kendati tidak menimbulkan korban jiwa, tercatat satu rumah hancur serta sekitar 30 ha dan 5 ha ladang rusak. Jalan sepanjang 50 meter pun rusak.
“Kejadian pukul 14.00 WIB dengan lokasi di Jorong Sikabu, Jorong Kociak, Padang Kuniang, Nagari Situjuah Gadang, Kecamatan Situjuah 5 Nagari,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumatra Barat, Rumainur, kemarin.
Banjir bandang, menurut Rumainur, bersumber dari Gunung Sago. Saat ini warga sudah dievakuasi ke tempat aman untuk menghindari banjir bandang yang berpotensi masih terjadi.
Warga setempat, Eka Kurniawan Sago Indra, menjelaskan banjir bandang terjadi di anak sungai Batang Agam dengan hulu dari Gunung Sago. “Anak sungai Batang Agam, ada tiga aliran dengan penyebutan oleh masyarakat, Batang Tukali, Pincuran Randah, Pincuran Tujuh,” ujarnya.
Banjir bandang ini tidak membawa gelondongan kayu, tapi batu-batuan berbagai ukuran.
Di sisi lain, tanah longsor menutup badan jalan di Talegong Rancabuaya hingga Pangalengan tepatnya di Kampung Ciawitali, Desa Girimukti, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kapolsek Cisewu AK Dede Yayat Hardiat mengatakan pembersihan longsoran dilakukan sejak pukul 06.00 WIB menggunakan alat berat. Setelah sekitar 4 jam, jalan penghubung tersebut bisa dilewati kembali oleh mobil.
Masa transisi
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBMTMC-BPPT) Tri Handoko Seto mengimbau pengelola waduk segera memantau kecukupan air waduk saat memasuki musim kemarau tahun ini.
Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awal musim kemarau 2019 diprakirakan mulai April ini. Tahun ini diprediksi Indonesia akan menghadapi fenomena El Nino sebesar 55%-60%.
Kemudian pada periode Juli-September 2019, iklim diperkirakan lebih kering. Akibatnya 25,5% wilayah berpotensi mengalami musim kemarau lebih maju, sedangkan 24% wilayah berpotensi mengalami musim kemarau di atas normal.
“El Nino terjadi bersamaam dengan puncak musim hujan, Maka dampaknya tidak kelihatan. Namun, tetap perlu diantisipasi mulai sekarang. Para penentu kebijakan apa pun yang terkait dengan hujan seperti pengelola waduk, kebakaran hutan, dan pertanian harus bersiap-siap,” kata Tri Handoko Seto, kemarin.
Pengelola waduk perlu mengalkulasi tinggi meter air saat ini dengan prediksi BMKG, dan berakhirnya musim hujan. “Biasanya tiap daerah bervariasi, tetapi secara umum April dan Mei sudah mulai berkurang. Kemudian, apakah cadangan air waduknya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama musim kemarau yang diprediksi tahun ini akan lebih kering,” tambahnya.
Djoko Budiyono, Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, menyampaikan, untuk April jumlah curah hujan bulanan diprediksi berkisar 101-300 mm/bulan (kategori menengah).
“April ini merupakan masa transisi atau pancaroba. Masa transisi ini hujan masih berpotensi muncul terutama pada sore hari meskipun kisarannya lokal dan tidak merata serta tidak kontinu hujannya,” kata dia, kemarin. (AT/AD/N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved