Yogyakarta belum Bisa Atasi Persoalan Sampah              

Ardi Teristi Hardi    
26/3/2019 22:30
Yogyakarta belum Bisa Atasi Persoalan Sampah              
Pemulung mengawasi ratusan ekor sapi yang sedang memakan sampah di Tempat Pembuang an Sampah Terpadu (TPST) Dusun Nga blak, Desa Sitimulyo.(MI/Ardi Teristi Hardi)

KOTA Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pariwisata sangat kotor saat ini. Banyak tumpukan sampah terutama di tempat-tempat pembuangan sampah sementara hingga menutupi badan jalan. Di TPS dekat Pasar Lempuyang­an, sampah berserakan karena TPS sudah tidak mampu menampung. Aroma tidak sedap tercium setiap melintas wilayah itu. 

Penyebabnya sejak Minggu (24/3) Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Piyungan, Kabupaten Bantul diblokade warga. Sehingga semua sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman tidak bisa ditampung di TPST Piyungan. Pemblokadean sebagai bentuk protes karena jalanan di sekitar TPST rusak, kumuh, dan tidak layak sebagai penampungan sampah. 

Penumpukan sampah juga terlihat di sejumlah TPS di Kabupaten Sleman. Kabupaten itu sehari-harinya menghasilkan 800 ton sampah, dan  hanya mengandalkan TPST Piyungan. Dalam menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Energi Sumber Daya Mineral DIY, Hananto belum bisa memastikan kapan TPST Piyung-an dibuka kembali. “Saat ini pemda berusaha memperbaiki sarana prasarana di TPST agar beroperasi,” kata Hananto. 

Pada tahun ini Pemprov DIY akan meningkatkan kapasitas TPST Piyungan agar bisa beroperasi lebih panjang. Pengerjaan yang dilakukan, antara lain peninggian talud, akses jalan dibenahi agar kuat dilewati alat berat, dan menambah alat berat.

Kasus ini mendapat kritikan dari Direktur Eksekutif Walhi DIY, Halik Sandera. “Harus ada langkah mendesak. Pemerintah  harus segera mengangkut sampah. Jika dibiarkan akan meningkatkan pencemaran lingkungan,” kata Halid. 

Masalah sampah di DIY ini bisa bisa belajar pada DKI Jakarta. Saat ini sampah yang dikelola TPST Bantargebang diolah menjadi pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa), namun belum maksimal.

Kepala UPT Bantargebang, Asep Kuswanto menjelaskan  PLTSa yang jadi pilot project di TPST Bantargebang hanya mampu membakar 100 ton sampah per hari. Adapun vo-lume sampah warga Jakarta  sebanyak 7.500 ton per hari sehingga tidak signifikan.

Untuk mengurangi penumpukan sampah, Pemprov DKI Jakarta akan membangun intermediate treatment faci-lity di Kota Jakarta. ­Pembangunan ini akan mengurangi tumpukan sampah di TPST Bantargebang.  

Bank sampah  
Pada bagian lain, jumlah bank sampah yang eksis di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat relatif minim. Saat ini jumlanya mencapai 6-10 bank sampah. “Dari hasil pendataan jumlahnya sekitar 32 hingga 60 bank sampah. Tapi yang aktif karena situasi, yang eksis sekitar 6-10 bank sampah,” kata Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cianjur, Sumarna. 

Keberadaan bank sampah ini cukup membantu dalam mengurangi volume sampah. Namun, ia belum bisa menghitung besaran persentase pengurangan volume sampah.  (BB/Gan/Ant/N-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya