Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
RATUSAN tandan pisang mas masih hijau menggantung di packing house sederhana milik Koperasi Produsen Tani Hijau Makmur, Pekon Sumber Mulyo Dusun IV Sailing, Kecamatan Sumber Rejo, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Pisang-pisang itu menunggu giliran untuk dibersihkan dan disortir untuk dikirimkan ke Singapura dan Shanghai.
Siapa sangka pisang mas yang kabarnya digandrungi warga Tiongkok karena rasa manisnya ini ternyata tumbuh di atas lahan milik petani Tanggamus yang dikenal sebagai penghasil biji kopi. Tidak stabilnya harga jual biji kopi, membuat petani di Kecamatan Sumber Rejo, Pulang Panggung, Gisting, Air Naningan, dan Ulubelu melirik peruntungan budi daya pisang mas.
Dua tahun sudah Koperasi Produsen Tani Hijau Makmur beroperasi. Setiap minggunya koperasi ini menghasilkan 1,3 ton pisang mas siap ekspor yang dihasilkan dari kerja keras 293 petani.
Saat ini aset yang dimiliki koperasi mencapai Rp1 miliar dengan omzet per minggu sebesar Rp300 juta. Kini para petani dapat menikmati manisnya pisang mas yang mereka budidayakan.
Ketua Koperasi Produsen Hijau Makmur, M Nur Soleh menjelaskan apa yang dicapai petani pisang mas Tanggamus ini tidak lepas dari peran PT Great Giant Pineapple (GGP), yang menjadikan petani sebagai mitra mengembangkan komoditas ekspor. Petani dibina untuk mengembangkan berbagai jenis pisang yang berpotensi ekspor, seperti pisang mas, pisang barangan, dan pisang raja bulu.
“Tidak hanya itu, pisang hasil produksi petani diserap 100% untuk diekspor. Kami semakin semangat bekerja karena ada jaminan kepastian harga beli dari perusahaan,” aku Soleh saat menerima kunjugan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Packing House, Senin (25/3).
Petani binaan GGP kini juga diperkenalkan dengan teknologi canggih untuk memantau kegiatan on-farm. Termasuk pemakaian pupuk dan pestisida melalui melalui aplikasi berbasis internet of things (IOT) yang dinamakan e-Grower. Aplikasi itu dikembangkan Kementerian Perindustrian bersama GGP.
“Kita ajak teman-teman untuk melek teknologi, kalau tidak mau belajar ya ketinggalan. Lewat aplikasi kita bisa dapat banyak informasi dan pencatatan hasil produksi, sehingga perusahaan dapat memantau jumlah panen yang bisa diekspor,” kata Soleh.
Pada kesempatan sama Government Relations and External Affair Director GGP, Welly Soegiono menjelaskan kerja sama dengan petani mengembangkan komoditas pisang mas karena permintaan pisang mas khususnya di Tiongkok cukup tinggi.
“Populasi penduduk Tiongkok saat ini mencapai 1,4 miliar. Kalau kita berasumsi per kapita per tahun makan 1 pisang saja, sudah 1,4 miliar permintaan pisang yang harus dipenuhi. Ini sangat potensial untuk kita kembangkan,” kata Welly. (Eva Pardiana/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved