Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
CUACA ekstrem yang ditandai dengan hujan deras dan panas menyengat menyebabkan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Banyumas, Jawa Tengah, kian melonjak.
Data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Banyumas, untuk demam dengue (DD) mencapai 500 kasus, sedangkan kasus DBD mencapai 90 kasus. Dari jumlah tersebut, empat di antaranya meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Banyumas, Sadiyanto, mengatakan DBD di Banyumas masih tinggi. “Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kasus DBD tahun sekarang ini meningkat signifikan. Salah satunya dipicu cuaca ekstrem,” jelas Sadiyanto, Senin (25/3).
Menurutnya, cuaca esktrem yang ditandai dengan hujan deras dan kemudian panas, menimbulkan genangan di mana-mana. Genangan air yang jernih tersebut merupakan tempat yang disenangi nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor DBD untuk berkembang biak.
“Di Banyumas sampai sekarang masih terus hujan sehingga banyak air yang tergenang dan potensial menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk,” ujarnya.
Cuaca buruk juga menyebabkan gelombang laut tinggi di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta akibat siklon tropis Veronika. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen, Eko Widianto, mengatakan dampak cuaca buruk seorang anak hilang di Pantai Setrojenar, Buluspesantren, Kebumen, pada Minggu (24/3) sore.
Longsor
Sementara itu, di sejumlah daerah, potensi hujan dan angin kencang masih tinggi. Di Kuningan, Jawa Barat, intensitas hujan tinggi membuat tembok penahan tanah kembali longsor tepatnya di Dusun Manis RT 07 RW 02 Desa Mandapajaya, Kecamatan Cilebak. Longsor menimpa pagar rumah Warso yang hanya berjarak 2 meter dari bibir tebing.
Sementara itu, di Bali, hujan deras di Kabupaten Klungkung menyebabkan sejumlah pohon besar tumbang dan menutup seluruh akses jalan di Dusun Tulangnyuh, Desa Tegak.
Angin kencang menyebabkan puluhan hektare tanaman padi hampir panen di Desa Suruhkalang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, rusak setelah diterjang angin kencang disertai hujan.
Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, para petani terpaksa melakukan panen dini. Bulir padi yang terendam air jika dibiarkan akan busuk. “Padahal, tinggal nunggu sekitar 10 hari lagi. Ya sudahlah yang penting masih ada yang mau beli,” kata Giman, 55, petani di Dusun Jetak.
Dalam kondisi normal dari satu patok sawah, Giman bisa mendapatkan penghasilan minimal sebesar Rp2 juta sekali panen. Namun, kali ini gabahnya hanya dihargai Rp1,3 juta.
Banjir juga berdampak rusaknya saluran irigasi di sepanjang Desa Sokobanah Utara, Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Saluran irigasi yang rusak parah mencapai 638 meter dan tidak berfungsi. (UL/FR/RS/MG/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved