Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
JAM menunjukkan pukul 12.30 WIB. Sabtu (16/2) sore, Pendopo di Gazebo Kampung Batik Tulis Giriloyo tampak sibuk dengan aktivitas ibu-ibu PKK Desa Wonoasri, Kecamatan Wonoasri, Madiun, yang baru saja selesai belajar membatik.
"Di pendopo itu biasanya kami memberi pelatihan kepada para tamu. Bangunan pendopo dari bantuan CSR Pertamina. Selain itu, ada bantuan bangunan untuk pencelupan warna," kata Ketua II Paguyuban Batik Tulis Giriloyo, Nurahmadi, sambil menunjuk bangunan yang dimaksud.
Gazebo Kampung Batik Tulis Giriloyo merupakan pusat aktivitas desa wisata batik tulis Giriloyo, mulai dari kegiatan belajar membatik hingga ruang pamer batik tulis produksi warga setempat.
Nurahmadi mengatakan, Desa Wisata Giriloyo terus berkembang sejak 2007 atau pascagempa bumi Bantul. Tahun lalu, kata dia, kunjungan ke Desa Wisata yang terletak di kaki perbukitan Imogiri tersebut mencapai 25 ribu orang.
"Hari ini saja, ada tamu (belajar membatik) dari Pasuruhan 100 orang dan Madiun 50 orang. Jumat (15/2) pagi, ada pertukaran pelajar ASEAN dan rombongan Ibu Sri Mulyani di sore hari belajar membatik di sini sekitar dua jam," terangnya.
Rata-rata, lanjut Nurahmadi, tamu yang belajar membatik menghabiskan waktu sekitar dua jam di Gazebo Giriloyo. Namun, ada pula yang belajar dalam hitungan hari bahkan minggu. Banyak hal yang bisa dipelajari, mulai dari membuat desain batik, cara membatik dengan canting, proses pewarnaan dengan warna alami ataupun sintetis, hingga kehidupan warga.
Nurahmadi menyebut hampir seluruh wilayah Indonesia pernah belajar membatik di Giriloyo. Sementara untuk wisatwan luar negeri yang berkunjung, kebanyakan berasal dari Jepang, Belanda, dan Amerika Serikat.
"Kekuatan kami memang di batik tulis. Di sinilah sentra batik tulis dan belajar batik pertama di Jogja," ungkapnya.
Baca juga: Dukung Anak Berkebutuhan Khusus, Ganjar Kenakan Batik Karya SLB
Untuk motif, klasik masih menjadi andalan seperti wahyu tumurun, sekar jagad, sidomukti, truntum, kawung, parang kusuma, dan parang gendreh. Namun, motif kontemporer pun bisa dibuat di sini.
Ditemui di tempat terpisah, Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR IV Andar Titi Lestari terkesan dengan kegiatan membatik di Giriloyo. Pertamina memberikan bantuan kepada Kampung Batik Tulis Giriloyo sebagai wujud dukungan mengangkat kembali potensi budaya membatik dan mendukung objek wisata di DIY.
Budaya membatik dan memperkenalkan batik adalah salah satu budaya yang perlu terus didorong dan didukung agar bisa menjadi legacy untuk generasi selanjutnya.
"Harapan Pertamina dengan adanya bangunan ini dapat terus dimanfaatkan oleh masyarakat dan diharapkan dapat mendorong perekonomian desa," ujar Andar Titi, Minggu (24/2).
Turun temurun
Nurahmadi mengisahkan kegiatan membatik di Kampung Batik Tulis Giriloyo dilakukan secara turun temurun. Tidak ada catatan resmi awal mula warga menggeluti kegiatan membatik.
Namun, jika dirunut dari orang-orang tua, warga Giriloyo meyakini membatik di tempat tersebut sudah ada sekitar abad ke-17. Hal ini seiring keberadaan makam raja-raja di atas perbukitan Imogiri. Sebagaian besar yang tinggal di desa tersebut menjadi abdi dalem Keraton Yogyakarta yang bertugas merawat makam raja-raja.
Ada perbedaan kegiatan membatik di Giriloyo dulu dengan sekarang. Dulu, warga hanya membatik dalam bentuk mentahan atau belum diwarnai. Batik mentahan tersebut kemudian dijual ke juragan-juragan yang berada di Kota Yogyakarta.
Para juragan yang kemudian mengerjakan pewarnaan dan menentukan harga, lalu menjualnya ke konsumen. Alhasil, uang yang didapat para pembatik Giriloyo tidak seberapa.
Gempa 2006 di DIY mengubah hal tersebut. Kegiatan membatik di Giriloyo sempat terancam punah lantaran warga sibuk membenahi rumah. Kondisi ekonomi mereka pun sedang terpuruk.
Beruntung, kondisi tersebut tidak berlangsung lama setelah LSM dan pemerintah turun tangan. Mereka mulai bangkit dengan membentuk kelompok-kelompok batik serta mendapat pendampingan dari pemerintah maupun LSM.
Ahli-ahli batik didatangkan untuk meningkatkan keterampilan, terutama pada sentuhan akhir hingga siap dipasarkan, salah satunya proses pewarnaan.
Kini, tutur Nurahmadi, ada 12 kelompok batik yang tergabung dalam Paguyuban Batik Tulis Giriloyo. Untuk jumlah pembatiknya, sekitar 1000 orang di tiga dusun, Giriloyo, Karangkulon, dan Cengkehan.
Ia meyakini, Giriloyo sebagai desa wisata batik akan terus berkembang jika masyarakat Indonesia semakin mencintai batik. Namun, jika tidak lagi cinta batik, kegiatan membatik di desanya akan meredup, seperti yang pernah terjadi pada sekitar tahun 1997. Saat itu, banyak warga Giriloyo merantau ke luar daerah karena lesunya industri batik.
Selama ini, batik Giriloyo memang dikenal karena kualitasnya yang sangat baik karena dikerjakan secara teliti oleh tangan terlatih. Salah satu pembatik Giriloyo, Siti Anifah, 43, sudah sangat terlatih memegang canting dan mengguratkannya pada selembar kain putih.
Proses membatik memang membutuhkan waktu lama karena harus dilukis dengan hati-hati, detail, dan diulang agar garis dan titik-titiknya lebih tebal. Setelah itu, kain batik melewati beberapa kali proses pewarnaan. Tidak heran jika harga selembar kain batik tulis berukuran 2,5 m x 1 m sebesar Rp500 ribu-3 juta.
"Pengerjaannya sekitar tiga bulan bahkan ada yang sampai setahun selembar kain batik baru bisa dijual," cerita perempuan yang tergabung dalam Kelompok Berkah Lestari itu.
Ketua Tim Penggerak PKK Desa Wonoasri, Kecamatan Wonoasri, Madiun, Yulia Arsanti, terkesan dengan sejarah dan pengelolaan Desa Wisata Batik Tulis Giriloyo. Kedatangan mereka siang itu ingin memperdalam ilmu soal membatik.
"Kami juga ingin mengembangkan batik tulis sebagai salah satu usaha di desa kami," ungkap Yulia.
Giriloyo menjadi contoh keuletan dan kegigihan warganya dalam melestarikan dan mengembangkan batik tulis. Seolah energi membatik warga Giriloyo tidak pernah padam melintasi zaman.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved