Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
PEMERINTAH Kota Malang, Jawa Timur, menggalakkan program penghijauan menyusul suhu udara di daerah setempat semakin panas.
"Saat ini Kota Malang sudah mulai panas hawanya," tegas Wali Kota Malang, Sutiaji, saat kegiatan menanam 1.000 pohon memperingati HUT ke-8 Ijen Car Free Day, Minggu (27/1).
Sutiaji mengungkapkan, temperatur udara yang makin panas itu disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan volume kendaraan yang masuk di Kota Malang.
Karena itu ia mendorong masyarakat termasuk Komunitas Malang Peduli Demokrasi untuk terus menggencarkan menanam pohon dan membuat biopori atau resapan air.
Dalam beberapa tahun terakhir, suhu udara di Malang raya meliputi Kabupaten/Kota Malang dan Kota Batu, pelan tapi pasti memang bertambah panas.
Dimintai konfirmasi secara terpisah, Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Karangploso, Ahmad Luthfi, mengatakan kenaikan suhu udara berlangsung pelan atau tidak drastis.
"Hal itu akibat perubahan iklim dan cuaca yang cukup lama. Kenaikannya tidak sampai 1 derajat Celcius per tahun, tapi terjadi terus-menerus," katanya.
Ahmad mengungkapkan suhu tertinggi yang dicatat BMKG Karangploso mencapai 33,8 derajat Celcius di musim penghujan pada November 2002.
Baca juga: Potensi Kebakaran Hutan Akibat Suhu Panas di Australia Selatan
Sedangkan suhu terendahnya mencapai 11 derajat Celcius pada Agusutus 1994. Selama 2018, suhu tertinggi 32,7 derajat Celcius di Oktober, dan suhu terendah 14,4 derajat Celcius pada Agustus.
Menurut dia, perubahan hawa dingin ke panas itu salah satunya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Suhu lingkungan sudah mengalami perubahan lantaran pohon-pohon banyak yang ditebang. Dulunya ruang terbuka hijau cukup luas, sekarang sudah menjadi kawasan terbangun karena meningkatnya kebutuhan perumahan.
Meningkatnya suhu udara itu menjadi tantangan bagi petani buah apel. Sebab mereka yang paling merasakan pahitnya dari dampak kenaikan temperatur udara. Di era 1970 hingga 1990 an, petani buah subtropik satu-satunya di Indonesia itu sempat berjaya. Hingga kini, varietas apel room beauty, manalagi, dan anna, masih banyak diminati konsumen berbagai daerah.
Faktor iklim yang membuat masa depan agrobisnis apel diambang kemerosotan memang dinilai tak sepenuhnya benar. Sebab perkebunan apel masih ada di Kota Batu dan Kabupaten Malang. Suram bisnis buah apel akibat gempuran buah impor.
Nyatanya, suhu udara di Malang raya tak lagi dingin seperti dulu. Pembabatan hutan dan alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun terus terjadi sepanjang tahun.
Dampaknya, temperatur udara pun menjadi meningkat. Padahal syarat tumbuh tanaman apel seharusnya di suhu dingin sekitar 16 derajat Celcius hingga 27 derajat Celcius.
Untuk itu semua pihak diminta segera melakukan upaya nyata menyelamatkan lingkungan agar udara dingin, segar dan menyehatkan yang menjadi ikon bumi Arema tidak sirna. Selain itu agar buah apel terhindar dari kepunahan. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved