Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Memantau Cuaca dari Kelurahan

Bayu Anggoro
24/1/2019 16:19
Memantau Cuaca dari Kelurahan
(MI/Siswantini Suryandari )

PERUBAHAN cuaca menjadi perhatian khusus masyarakat Bandung. Termasuk Chief Information Officer Indo Cisc Budi Rahardjo dan Chief Operating Officer Cyberindo Aditama (CBN) Marcelus Ardiwinata.

Pengalaman Bandung dikepung banjir, angin kencang dan hujan es membuat warga selalu bertanya-tanya bagaimana cuaca hari ini. Budi dan Marcelus pun lantas memikirkan cara mendapatkan info cuaca real time yang bisa diakses masyarakat.

"Kebetulan Pemkot Bandung memiliki layanan Smart City. Kami bergerak untuk memberikan layanan cuaca," kata Budi di sela-sela acara Hackathon 2019: Hackbdgweather yang diselenggarakan di Bandung, Kamis (24/1).

"Dimulai pada 2017 kami datangi kelurahan-kelurahan untuk menyosialisasikan tentang aplikasi cuaca ini. Semula mereka menjawab untuk apa, tapi kemudian kelurahan welcome dengan usulan aplikasi cuaca ini," tambah dosen ITB itu.

Dalam perkembangannya, Budi memasang alat untuk pemantau cuaca di setiap kelurahan. Di dalam alat itu dikembangkan sensor untuk memantau suhu, arah angin, kecepatan angin, sensor ultraviolet dan violet radiation. Sensor ini akan mengirim data per 30 detik yang masuk ke cloud.

Data mentah ini secara terbuka bisa digunakan oleh kelurahan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

"Kami terbuka untuk data. Siapapun boleh menggunakan. Namun ini khusus untuk Kota Bandung. Saya menginginkan model yang kami kembangkan bisa menjadi contoh bagi daerah lain," tambahnya.

Baca juga: Eksploitasi KBU, Bencana Alam Intai Bandung Raya

Saat ini sudah 55 dari 155 kelurahan di Kota Bandung yang dipasangi alat sensor cuaca ini. Ke depannya, alat sensor ini akan dikembangkan untuk memantau perkembangan jentik nyamuk demam berdarah, pertanian, dan debu atau polusi pada weekend di Kota Bandung.

"Sebab akhir pekan di Bandung selalu macet karena kedatangan orang luar untuk berlibur. Jadi kita pantau debu-debu di Bandung," terang Budi.

Sedangkan untuk pantauan banjir dan kualitas tanah belum bisa dilaksanakan karena masih terkendala perizinan. Marcelus menambahkan dalam konsep Smart City, harus melibatkan publik. Karena itu, agar bisa terus berkembang, maka diadakan Hackathon: Hackbdgweather 2019 yang digelar pada 23-24 Januari di Kota Bandung.

Acara tersebut mencari jawara aplikasi cuaca, yang kemudian akan dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tercatat sebanyak 38 tim dari berbagai perguruan tinggi mengikuti acara ini.

"Kami ingin anak-anak muda bergerak dan membangun sesuai revolusi 4.0," harap Marcelus.

Alat sensor cuaca yang sudah dipasang di kelurahan akan terus dikembangkan dengan menggabungkan aplikasi-aplikasi dari hasil penjurian Hackathon.(OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik