Penggunaan Bahasa Bali Sehari-hari Masih Tinggi

HASIL pemetaan kinerja penyuluh Bahasa Bali melalui survei  dengan mewawancarai sekitar 51 ribu responden dengan topik wawancara berupa penggunaan bahasa, aksara dan sastra Bali, diperoleh bahwa tingkat penggunaan Bahasa Bali dalam percakapan sehari- hari di lingkungan keluarga dan kesadaran akan pentingnya Bahasa Bali diajarkan pada generasi muda dapat dikategorikan tinggi. 

Sementara pengenalan dan penggunaan 'sorâ' - 'singgih' (kelas bahasa: tinggi-rendah) Bahasa Bali serta penulisan aksara Bali masih dalam kategori sedang.

Hal itu terungkap pada acara Evaluasi Kinerja Penyuluh Bahasa Bali Tahun 2018, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Kamis (13/12).

Wakil Gubernur Bali, Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, mengharapkan penyuluh Bahasa Bali agar dalam melaksanakan tugasnya dapat mencerminkan sikap dan budaya Bali serta menggunakan Bahasa Bali dengan baik dan benar sehingga bisa menjadi contoh dan diteruskan oleh masyarakat. Untuk itu perlu terus menumbuhkankembangkan, melestariakn, memotivasi dan mengajak masyarakat dalam penggunaan bahasa, aksara dan sastra Bali.

"Penyuluh Bahasa Bali memiliki tugas di antaranya memperkuat jati diri Bahasa Bali dari pengaruh globalisasi yang berimplikasi terhadap kepunahan Bahasa Bali," ujar Cok Ace, sapaan akrab wagub.

Baca juga: Gubernur Pantau Harga Kebutuhan Pokok Jelang Natal dan Tahun Baru

Cok Ace juga mengatakan keberadaan dan pemanfaatan fungsi lontar Bali dalam upaya pelestarian Bahasa Bali saat ini belum maksimal. Masih banyak lontar yang hanya disimpan saja tanpa pernah dibaca isinya.

"Berdasarkan hasil pemetaan eksistensi Bahasa Bali di tengah masyarakat, masih banyak lontar yang disimpan saja tanpa dibaca isinya. Di sinilah salah satu peran dari penyuluh Bahasa Bali untuk  memberi pemahaman agar lontar jangan hanya disimpan, berikan wawasan tentang fungsi serta pentingnya lontar," ujar Cok Ace. (OL-3)