Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Aleh, Cerita Sukses Petani Kopi Gunung Tilu

(Teguh Nirwahyudi/Ant/N-2)
18/10/2018 02:15
Aleh, Cerita Sukses Petani Kopi Gunung Tilu
(ANTARA FOTO/Aji Styawan)

MOCHAMAD Aleh Setiapermana yang akrab disapa Aleh bukan sosok asing di kawasan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Ketua Koperasi Produsen Kopi Margamulya ini fasih menjelaskan asal muasal tanaman kopi di kawasan itu. Mulai menyemai lalu menanam bibit kopi, memanen biji kopi, menyangrai kopi, menggiling kopi, bahkan menjadi barista sekalipun.

“Saya hanya petani kecil yang tergerak memajukan ekonomi pribadi dan para petani kopi di Pangalengan terutama di kawasan Gunung Tilu,” kata Aleh kepada Media Indonesia yang berkunjung ke kebun bibit dan gudang kopi miliknya, Sabtu (15/9).

Sejak 1998 Aleh merintis budi daya kopi di Gunung Tilu selepas terkena pemutusan hubungan kerja dari sebuah perusahaan distribusi. Dia mengaku banyak belajar secara autodidak tentang hal ihwal perkopian.

“Pada 2001 saya mulai menanam kopi di lahan sekitar sehektare. Petani lain belum ada yang mau. Saya menanam jenis kopi arabica,” ujar Aleh.

Kini, di atas lahan seluas 4,5 hektare miliknya, Aleh sudah bisa merasakan manisnya berkebun kopi. “Hasil panen dijual ke koperasi yang memproduksi Kopi Java Preanger Gunung Tilu.”

Sejatinya, nama kopi Java Preanger dikenal sejak zaman Belanda. Penanaman kopi jenis itu merupakan bagian dari kebijakan tanam paksa pemerintah kolonial. Kala itu, Belanda mengekspor biji kopi yang dihasilkan petani Pangalengan ke seluruh dunia dan mendapat julukan A Cup of Java.

Kini, keharuman kopi Java Preanger Gunung Tilu telah menyebar hingga ke beberapa negara di Eropa dan Jepang. Setiap musim panen pada Maret atau Agustus, ada distributor yang membeli produk kopi tersebut hingga 70 ton lebih untuk diekspor ke Jepang.

“Pada Desember 2018, kami akan melakukan ekspor perdana kopi ke Jerman,” lanjut Aleh seraya menambahkan bahwa dari setiap 100 ton hasil panen di kelompok taninya sebanyak 70% diekspor dan 30% sisanya dipasarkan kepada konsumen di dalam negeri.

Perjalanan Aleh selama 17 tahun membudidayakan kopi telah menjadi catatan keberhasilan seorang pengusaha yang terbantukan Program Kemitraan BNI.

Menurut Corporate Secretary BNI, Kiryanto, pihaknya menyalurkan Kredit Program Kemitraan untuk kemajuan usaha mikro dan kecil di Tanah Air.

“Aleh sudah menerima kredit dari BNI dengan bunga 6% untuk pinjaman senilai Rp30 juta. Aleh bukan sekadar debitur. Kami bangga karena dapat mengantarkan Aleh dari petani menjadi pengusaha kopi dan pengelola kafe,” tandas Kiryanto. (Teguh Nirwahyudi/Ant/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya