Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Indonesia Targetkan Penggunaan Energi Terbarukan pada 2025

Puji Santoso
25/9/2018 18:25
Indonesia Targetkan Penggunaan Energi Terbarukan pada 2025
(MI/Puji Santoso)

SEKRETARIS Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Saleh Abdurrahman, menargetkan bahwa pada 2025 mendatang, Indonesia akan menggunakan energi terbarukan (angin, air, dan tata surya) sebesar 25%.

"2025, sebentar lagi, kita menargetkan Indonesia sudah menggunakan energi terbarukan sebesar 25%, dari yang sekarang hanya 6 sampai 7%," pada seminar energi dengan tajuk 'Pengelolaan Sumber Daya Energi yang Berkelanjutan untuk Ketahanan Nasional dalam Seminar Nasional di Kampus Universitas Katolik Santo Thomas, di Medan, Sumatra Utara, Selasa (25/9).

Saleh menuturkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang banyak. Potensi matahari dan angin belum dimanfaatkan sebesar-besarnya.

Saleh mengaku sangat mendukung penggunaan energi terbarukan dan mendorong daerah-daerah untuk mengembangkan energi terbarukan, selain minim risiko juga lebih murah daripada energi nuklir.

"Tren harga energi terbarukan semakin menurun, tren energi nuklir semakin tahun semakin naik juga," ujarnya.

Di tempat yang sama, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan wacana penggunaan bahan bakar nuklir dalam mengatasi kebutuhan listrik Indonesia masih terus diperbincangkan. Salah satu yang disorot ialah penerimaan publik (public acceptance) yang masih menjadi kendala serius dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Rencana pembangunan harus mempertimbangkan banyak aspek, tidak hanya teknis, melainkan juga aspek lainnya seperti sosial dan ekonomi masyarakat.

"Energi nuklir di dunia saat ini juga presentasenya menurun," ujarnya.

Purnomo mengisahkan tentang studi kasus rencana pembangunan PLTN di Gunung Muria yang mendapat penolakan kuat dari publik menyebabkan rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan.

Dia menyarankan, pascagempa Fukushima di Jepang sebaiknya ada kehati-hatian dan studi komprehensif menjadi pijakan utama pemerintah untuk memutuskan langkah selanjutnya.

"Posisi energi nuklir dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebagai opsi terakhir juga penting untuk dipedomani. Peran serta masyarakat menjadi kunci bagi penerimaan kebijakan energi ke depan," ujarnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya