Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Gempa 4 SR Guncang Kota Padang, Warga Berhamburan

Yose Hendra
20/8/2018 19:30
Gempa 4 SR Guncang Kota Padang, Warga Berhamburan
(ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

GEMPA bumi tektonik kembali guncang wilayah Sumatra Barat, Senin (20/8) sore. Gempa berkekuatan 4 skala Richter (SR) membuat sebagian warga Kota Padang berhamburan keluar rumah.

"Hari Senin, 20 Agustus 2018 gempa bumi tektonik mengguncang wilayah Padang dan Pesisir Selatan. Hasil analisis BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menunjukkan bahwa gempabumi terjadi pada pukul 17:25:45 WIB dengan kekuatan M=4,0 skala Richter dengan episenter terletak pada koordinat 0,89 LS dan 100,22 BT, pada kedalaman 10 km. 32 km Tenggara Pariaman-Sumbar," terang Plt Kepala Stasiun Geofisika BMKG Padang Panjang, Fajar Dwi Prasetyo, Senin.

Disebutkannya, dari laporan masyarakat gempa dirasakan II MMI di Kota Padang, I-II MMI di Pesisir Selatan.

"Terkait dengan peristiwa gempa bumi Padang yang baru saja terjadi, hingga laporan ini disusun pada pukul 18:00:00 WIB belum terjadi aktivitas gempa bumi susulan. Masyarakat diimbau agar tetap tenang, dan terus mengikuti arahan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan BMKG. Khusus masyarakat di daerah pesisir pantai diimbau agar tidak terpancing isu karena gempa bumi yang terjadi tidak berpotensi tsunami," imbaunya.

Ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa bumi ini merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar bawah laut (sea floor faulting) yang terdapat antara Siberut dan Pantai Barat Sumatra Barat.

"Analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini dipicu penyesaran mendatar. Mekanisme sumber ini sesuai dan relevan dengan  
kondisi sesar bawah laut yang memiliki pergerakan mendatar di kedalaman 10 km di daerah tersebut," katanya.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, menambahkan, guncangan gempa bumi ini dilaporkan dirasakan di daerah Gunung Sitoli dan Sirombu Nias Barat dalam skala intensitas I-II SIG-BMKG (II-III MMI).

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi tidak berpotensi tsunami," ujarnya.

Hingga pukul 18.18 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock). Gempa ini cukup menghentak, lalu berayun.

"Sangat terasa ketika saya berada di lantai 3 kantor di Jalan Veteran," ujar seorang warga di Padang, Doni.

Gempa ini selang sehari kala kemarin wilayah Kepulauan Mentawai yang diguncang gempa.

BMKG menyebut, gempa berkekuatan 4,9 SR bersumber dari aktivitas sesar Mentawai di kawasan Samudra Hindia, wilayah Sumatra Barat. Getarannya pun dirasakan sebagian besar masyarakat di wilayah Sumbar.

Berdasarkan data BMKG gempa terjadi pada pukul 11:22:31 WIB. Dari hasil analisa BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang diperoleh parameter gempa bumi dengan kekuatan M=4,9 SR. Pusat gempa bumi ini berada di laut pada koordinat 0,64 Lintang Selatan dan 99,74 Bujur Timur, sekitar 42 km Barat Kota Pariaman-Sumbar, pada kedalaman hiposenter 24 km.

Fajar menjelaskan, berdasarkan laporan dari masyarakat guncangan tersebut dirasakan di Kota Padang Panjang II MMI, Padang II MMI, Kabupaten Padang Pariman II-III MMI, Pasaman II MMI, Lubuk Basung II MMI dengan Skala Intensitas Gempabumi BMKG (SIG-BMKG) antara I-II SIG.

"Pusat gempa di jalur subduksi lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di Indonesia memanjang dari pantai barat Sumatera sampai ke selatan Nusa Tenggara," tandasnya.

Menurutnya, sistem subduksi Sumatra dicirikan dengan menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yang non vulkanik (Pulau Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut, hingga Pulau Enggano).

Lempeng India-Australia menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan ±50-60 mm/tahun.

Batas antardua lempeng ini terdapat zona subduksi dangkal atau yang disebut sebagai Megathurst Subduction Sumatra.

"Inilah yang saat ini menjadi perhatian masyarakat karena diprediksi masih menyimpan potensi gempabumi dengan magnitudo 8,9 SR di zona ini yang populer dengan istilah Mentawai Megathrust," ungkapnya.

Berdasarkan catatan data sejarah kegempaan, daerah Sumatra Barat memang sudah berapa kali mengalami gempabumi merusak. Sejak 1822 hingga 2009 telah terjadi setidaknya 14 kali kejadian gempa bumi kuat dan merusak di Sumatra Barat dan di antaranya menyebabkan tsunami.

Sejarah panjang gempa bumi merusak di Sumatra Barat, di antaranya adalah Gempa bumi Padang (1822, 1835, 1981, 1991, 2005), Gempabumi Singkarak (1943), Gempa bumi Pasaman (1977), dan Gempa bumi Agam (2003). Sedangkan gempa bumi yang diikuti gelombang tsunami terjadi di Mentawai (1861) dan Sori-Sori (1904).

"Hasil monitoring BMKG Padang Panjang sampai saat ini sudah terjadi 1 kali gempa di bawah 5 SR," pungkas Fajar. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya